Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Laode Rahmat alasan memaparkan mengapa partainya dan Koalisi Perubahan buru-buru mencalonkan Anies Baswedan sebagai Capres adalah untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
“Kita ingin memberikan pelajaran politik untuk masyarakat,” kata Laode dalam dialog publik ‘Buru-buru Berburu Capres-Cawapres’ yang diselenggarakan di Bakoel Cafe Cikini, Jakarta, Selasa (14/2/2023) siang.
Adapun mengenai pencalonan Anies Baswedan yang bukan berasal dari kader PKS, Laode menyebut hal itu wajar dilakukan. Sebab, partainya memang terkendala presidential threshold, sehingga harus berkoalisi dulu dengan partai lain untuk dapat mengusung Capres-Cawapres.
“Sesuai UU yang berlaku hanya parpol yang berhak mencalonkan (Capres dan Cawapres). Tapi terkendala batas minimal pencalonan,” tutur Laode.
“Kita lama, karena tidak cukup 20 persen. Kalau seandainya PKS sampai 20 persen, langsung itu ditetapkan,” sambungnya lagi.
Giliran Laode menyindir PDIP yang sudah memenuhi syarat presidential threshold 20 persen, namun hingga saat ini belum mengumumkan siapa Capres-Cawapres yang mereka usung.
Yang belum punya boarding pass saja berani, kok yang sudah punya boarding pas gak berani (mendeklarasikan capres)?,” sindir Laode.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal mendorong partai politik dan koalisinya untuk segera mendeklarasikan pasangan capres dan cawapres
Menurut Azhari, merujuk pada pemilu di Amerika Serikat (AS), Capres dan Cawapres yang akan mengikuti kontestasi pemilu, semestinya sudah mulai melakukan konvensi setahun sebelum agenda pemilu berlangsung.
Konsep itu menurutnya bagus, karena memberikan kesempatan rakyat untuk mengetahui calon-calon pemimpin yang akan mereka pilih nantinya.
“Karena itu, saat ini berburu tiket Capres-Cawapres menjadi langkah yang paling strategis dan harus dituntaskan para kandidat.
Mereka (Bakal Capres) harus berburu, dan tidak lagi menunda waktu serta mendesak koalisi untuk mencalonkan pasangan Capres-Cawapres,” kata dia.(Sumber)