News  

Babak Baru Penjegalan Anies Rasyid Baswedan Sebagai Capres 2024 oleh KPK dan Istana

Ngeri-ngeri sedap. Kali ini Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan kembali diuji. Upaya penjegalan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden di Pilpres tahun 2024.

Tak tanggung-tanggung. Kali ini upaya penjegalan Anies Rasyid Baswedan dilakukan dua institusi sekaligus. KPK dan Istana. Firli Bahuri dan Moeldoko.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri ngotot meningkatkan status dugaan korupsi Formula E. Dari penyeledikan menjadi penyidikan.

Kengototan Ketua KPK, Firli Bahuri telah menelan dua korban. Deputi Penindakan dan Eksekusi, Irjen Karyoto (sekarang Kapolda Metro Jaya) dan Brigjen Endar Priantoro sebagai Direktur Penyelidikan dipecat. Karyoto karirnya makin cemerlang. Sementara Kapolri mengembalikan Endar Priantoro untuk kembali bertugas di KPK setelah dipecat oleh KPK.

Kabarnya Karyoto dan Endar Priantoro dicopot dari KPK lantaran menolak meningkatkan status dugaan korupsi Formula E dari penyelidikan ke tahap penyidikan.

Bahkan, tiga pimpinan KPK, yakni Firli Bahuri, Alexander Marwata dan Johanis Tanak dikabarkan juga sempat mendatangi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk memaksakan adanya kerugian negara dalam ajang balap Formula E.

Kemarin (3/4) kasus ini kembali bergulir setelah Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo memperpanjang masa penugasan Endar Priantoro di KPK. Jadi heboh karena Ketua KPK, Firli Bahuri menolak Endar Priantoro.

Beranikah Firli Bahuri melawan Kapolri? Firli Bahuri sedang menggali “kuburnya” sendiri. Kabarnya Firli Bahuri sedang diintai untuk diungkap kasusnya. Tak menutup kemungkinan Firli Bahuri bakal ditangkap oleh Kapolda Metro Jaya, Karyoto mantan Direktur Penindakan dan Eksekusi KPK yang dipecat Firli Bahuri.

Bersamaan dengan penolakan Firli Bahuri terhadap putusan Kapolri yang memperpanjang masa tugas Endar Priantoro di KPK berkembang kabar baru. Upaya penjegalan Anies Rasyid Baswedan sebagai Calon Presiden 2024 kembali bergulir di Mahkamah Agung. Kasus Kudeta terhadap Partai Demokrat kembali memasuki babak baru.

Adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan bahwa Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengajukan peninjauan kembali (PK) atas putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) terkait kasus kudeta Partai Demokrat.

Menurut AHY; “KSP Moeldoko mengajukan PK pada tanggal 3 Maret 2023. Tepat satu hari setelah Partai Demokrat secara resmi mengusung Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal calon presiden.”

Alasan KSP Moeldoko mengajukan PK, lanjut AHY, karena Moeldoko mengklaim telah menemukan empat Novum atau bukti baru. Namun, menurutnya bukti yang diklaim KSP Moeldoko itu bukanlah bukti baru.

Keempat Novum itu menurut AHY telah menjadi bukti persidangan di PTUN Jakarta, khususnya dalam perkara No.150/G/2021/PTUN.JKT, yang telah diputus, tanggal 23 November 2021 lalu.

Penjegalan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden memasuki babak baru setelah upaya penundaan pemilu dan amandemen Pasal 7 UUD 1945 mendapat penolakan dari partai politik dan rakyat.

Ada pihak-pihak tertentu yang berada dilingkaran kekuasaan sedang panik. Elit politik itu takut bila Anies Rasyid Baswedan terpilih sebagai presiden hasil Pemilu yang bakal digelar 14 Februari 2024.

Mereka elit politik panik sedang berupaya menjegal Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden melalui kriminalisasi dugaan kasus korupsi Formula E dan kudeta terhadap Partai Demokrat oleh KSP, Moeldoko.

Malangnya bagi mereka. Justru Anies Rasyid Baswedan dan Partai Demokrat semakin mendapat simpati publik. Anies Rasyid Baswedan dan Partai Demokrat sedang didzalimi oleh kekuatan politik ring 1 Istana yang tak siap kalah di Pilpres 2024.

Serangan politik dari KPK terhadap calon presiden Anies Rasyid Baswedan dan Partai Demokrat oleh KSP Moeldoko justru mendapat banyak simpati dari rakyat. Membuka peluang naiknya popularitas dan elektabilitas Anies Rasyid Baswedan dan Partai Demokrat.

Hal ini pernah terjadi terhadap SBY di masa menjelang Pilpres 2004 lalu. Waktu itu SBY sedang terdzalimi. Megawati santer disebut-sebut sebagai pihak yang dituduh mendzalimi SBY.

Gerak cepat SBY dengan mendirikan partai dan memperoleh banyak dukungan politik, hingga akhirnya SBY berhasil merebut kursi presiden dari hasil Pemilu langsung pertama dalam sejarah Indonesia Merdeka.

Jakarta, 14 Ramadhan 1444/5 Maret 2023
Tarmidzi Yusuf, Ketua Umum JABAR MANIES