Ketua KPK, Firli Bahuri terus menjadi sorotan. Kengototan Firli Bahuri mentersangkakan calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan dalam dugaan korupsi Formula E mengundang tanda tanya. Firli Bahuri bertindak sendiri atau bagian dari elit politik tertentu yang melakukan pemufakatan jahat untuk menjegal Anies Rasyid Baswedan?
Ada orang kuat dibelakang Firli Bahuri yang pernah melanggar kode etik KPK dalam kasus sewa helikopter itu hingga begitu ngotot mentersangkakan Anies Rasyid Baswedan walaupun Deputi Penindakan dan Eksekusi, Karyoto dan Direktur Penyelidikan, Endar Priantoro menolak mentah-mentah keinginan Firli Bahuri yang berujung keduanya dipecat dari KPK.
Ngototnya Ketua KPK Firli Bahuri meningkatkan status Formula E dari penyelidikan menjadi penyidikan tanpa tersangka. Mudah ditebak. Kasus penyelidikan Formula E diduga sebagai bagian dari skenario pemufakatan jahat untuk menjegal Anies Rasyid Baswedan mengikuti pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Selain itu dalam pengamatan penulis, kasus dugaan korupsi Formula E terlihat pemaksaan tanpa adanya tersangka. Padahal, Chief Competition Officer Formula E (E-Prix), Alberto Longo, mengungkapkan kalau ajang balap mobil listrik Formula E dilakukan secara transparan, baik secara internal maupun eksternal.
Ketua KPK, Firli Bahuri tengah melempar bola panas serta memanfaatkan jabatannya untuk mengkriminalisasi lawan politik berdasarkan kerjasama elit politik yang sedang berkuasa. Pemaksaan kasus Formula E dari penyelidikan menjadi penyidikan tanpa tersangka menimbulkan kesan kuat kalau Firli Bahuri bermain politik praktis dengan menjadikan KPK sebagai alat politik untuk menjegal Anies Rasyid Baswedan.
Berhembus kabar yang berada di belakang Firli Bahuri orang kuat istana. Menurut selentingan yang beredar secara terbatas, Firli Bahuri pernah dipanggil ke istana untuk urusan pentersangkaan Anies Rasyid Baswedan sekitar awal tahun 2022.
Kekuatan elit politik tersebut berada di lingkaran istana. Mentor politiknya orang terkuat di Indonesia. Salahsatu menteri senior. Jaringannya mantan orang nomor satu Trunojoyo. Didukung oligarki hitam dan partai politik yang memang gencar mengkritik Anies Rasyid Baswedan.
Mereka panik. Calon presiden yang didukung belum mendapat tiket partai politik lantaran partai yang diharapkan ogah mencalonkan. Meskipun separtai. Partai yang dimaksud sudah punya calon presiden.
Upaya penggiringan opini melalui lembaga survei tak dihiraukan ketua umum partai politik yang dimaksud. Ada semacam trauma politik ketika munculnya calon presiden jelang Pilpres 2014. Hasil survei yang dipublikasikan lembaga survei ke publik tak mampu menggoyahkan ketua umum partai yang pernah dikecewakan 9 tahun terakhir.
Calon presiden yang didukung Istana selalu menempati tiga besar dengan skor elektabilitas tertinggi. Alasannya sederhana. Kalau elektabilitasnya moncer, mengapa penguasa Istana dan menteri senior tersebut panik.
Sampai-sampai muncul wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden karena calon presiden yang diendorse penguasa Istana dan menteri senior kalah popularitas dan elektabilitas dari Anies Rasyid Baswedan.
Kalau calon presiden yang di endorse penguasa Istana dan menteri senior elektabilitasnya tertinggi, apa gunanya muncul isu penjegalan Anies Rasyid Baswedan melalui kasus Formula E.
Pemufakatan jahat elit politik panik yang tak siap kalah. Bisa-bisa berujung dijeruji besi bila memaksakan kehendak dengan melanggar konstitusi. Skandal Polisi Sambo, Rafael Ulun Trisambodo dan Skandal Keuangan di Kementerian Keuangan senilai Rp 349 triliun seharusnya menjadi pelajaran.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali Imran: 54)
Bandung, 15 Ramadhan 1444/6 April 2023
Tarmidzi Yusuf, Ketua Umum JABAR MANIES