Pembentukan Poros Koalisi Besar oleh rezim sekarang ini, diramal sejumlah pihak bagian dari sikap politik Presiden Joko Widodo terhadap partai pengusung utamanya di dua kali pemilu, yakni pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.
“Koalisi Besar dibentuk karena Jokowi meragukan PDIP akan memenangkan pertarungan di Pilpres 2024,” ujar pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (11/4).
Efriza menilai, PDIP tidak lagi dilihat sebagai parpol super seperti dua kali pemilu sebelumnya. Karena, figur politik yang potensi mengikuti kontestasi Pilpres 2024, tidak lebih punya jaminan ketimbang barisan Koalisi Besar.
Dosen ilmu Pemerintahan Universitas Sutomo ini melihat, situasi dan kondisi politik sekarang ini, memperlihatkan lawan politik PDIP lebih kuat dari posisinya sekarang.
“Sosok Ganjar dan Puan Maharani sebagai kader PDIP (yang potensial diusung di Pilpres 2024), diperhitungkan kurang kuat menandingi sosok Anies dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan,” tuturnya.
Maka dari itu, Efriza memandang Koalisi Besar sebagai kendaraan politik Jokowi untuk bisa menjaga kekuasaannya untuk tetap hidup.
“Alternatif inilah yang diperhitungkan oleh Jokowi untuk turut memperhitungkan dan mengupayakan barisan koalisi pendukung pemerintah diperluas dan diperbesar untuk menandingi Koalisi Perubahan,” demikian Efriza menambahkan.(Sumber)