News  

Jadi Korban Malpraktik, Penis Bocah di Pontianak Terbakar dan Infeksi Usai Sunat

Seorang anak berusia 9 tahun di Pontianak, diduga menjadi korban malapraktik seorang dokter yang melakukan sunat dengan metode laser. Akibatnya penis anak tersebut terbakar.

Kejadian malapraktik ini sudah berlangsung kurang lebih satu tahun. Ibu korban, berinisial PP, mengatakan, anaknya sunat sekitar bulan April 2022. Ironisnya, dokter yang melakukan tindakan tersebut tak kunjung bertanggung jawab, dan masih membuka praktik sunatnya.

PP menceritakan kronologi kejadian tersebut, bermula pada saat dokter berinisial IL menawarkan jasa sunat, melalui akun Instagram kepada ibu korban.

“Dokter ini menghubungi saya di Instagram, dia menawarkan saya untuk sunat di klinik beliau dengan brosur. Saya balas sebulan kemudian, dan saya bilang kalau anak saya gendut. Dia menyanggupi,” kata ibu korban, Selasa, 23 Mei 2023.

Akhirnya disepakatilah tindakan sunat metode laser, pada 1 April 2022, di sebuah klinik rumah sunat yang berada di Jalan Tanjungpura Pontianak. Saat melakukan tindakan, bocah tersebut sempat menjerit, namun ibu korban merasa hal tersebut lumrah terjadi ketika anak-anak sunat.

“Setelah selesai dan pulang, anak saya penisnya tidak diperban, tidak juga diberikan obat. Setelah pulang anak saya menangis dan demam. Saya minta obat ke dokternya, karena anak saya nangis terus, kesakitan. Dia juga demam. Dia suruh bawa lagi ke kliniknya untuk diperban. Anak saya tidak mau ke sana lagi, dia trauma,” ucapnya.

Ibu korban terus mengirimkan foto kondisi penis anaknya kepada dokter IL. Setelah satu minggu tindakan, dokter IL bergegas mengajak ibu korban untuk membawa anak tersebut ke rumah sakit, dan dilakukan operasi.

“Dokter ngajak ke UGD, dan bilang harus dilakukan operasi. Posisinya, penis anak saya aliran darahnya tidak sesuai, jadi saya cemas, pergi lah ke UGD. Dia tidak bisa tidur, demam, pipisnya tidak terasa,” jelas ibu korban.

Ibu korban membawa anaknya ke RS Anugerah Bunda Pontianak. Di sanalah dia baru mengetahui bahwa penis anaknya terbakar, dan harus dilakukan pencangkokan.

“Saya baru tahu itu terbakar (setelah) di ruang operasi, di ruang bedah anak. Dokternya izin cangkok kulit yang di paha untuk penisnya. Saya teleponlah dokter IL, komplain, kenapa penisnya terbakar. Dokternya hanya minta maaf. Saya masih syok. Dokter ini datang cuma minta maaf saja. Dia janji katanya mau tanggung jawab. Saya minta penis anak saya dirawat sampai sembuh,” ucapnya.

Setelah operasi dan proses pemulihan, anak tersebut tak bisa menahan kencing. Bahkan dia selalu mengompol pada saat di sekolah.
“Celananya basah terus. Ternyata kondisi penis anak saya lubang kencingnya di bawah. Berarti masih bermasalah. Saya datang lagi ke dokter, karena gak bisa menahan kencing,” lanjutnya.

Ibu korban mengatakan, Dokter IL sempat tak ada kabar setelah dia memberitahukan keluhan-keluhan selanjutnya. “Saya sebagai ibu cemas kan, karena anak saya ada keluhan. Dokter IL hanya bilang iya iya aja, dia PHP-in saya, dia sempat hilang gak ada kabar,” terangnya.

Setelah itu, dokter IL muncul dan menghubungi ibu korban pada November 2022. Dia menyarankan kepada ibu korban untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

“Dia whatsapp saya, bilang kalau ini sengketa medis, dia suruh saya lapor ke IDI, untuk mediasi. Untuk tahu ini salahnya di mana. Saya waktu itu gak sempat, dan fokus ke kesembuhan anak saya dulu,” paparnya.

Tak puas dengan tindakan dari beberapa dokter di Pontianak, ibu korban akhirnya membawa anaknya ke Jakarta. Saat itu dia membawa anaknya ke RS Mayapada untuk diperiksa, dan dirujuk ke RS Fatmawati.

“Ternyata anak saya infeksi saluran kencing. Saya bawa ke Jakarta, karena anak saya juga trauma, tidak mau berobat di Pontianak. Di Pontianak juga beda-beda arahannya. Ada yang menyarankan penis anak saya harus rekonstruksi ulang,” imbuhnya.

Januari 2023, korban dioperasi di RS Fatmawati. Korban melakukan pemulihan kurang lebih dua minggu. Dokter di sana pun juga merekomendasikan anak ini untuk dioperasi (rekonstruksi), tapi tidak sekarang, sembari menunggu perkembangan dan usia anak.

“Saat di Jakarta saya hubungi dokter IL, untuk siapkan uang. Tapi dia hanya iya iya saja. Dari habis operasi di Fatmawati, sekarang pipisnya sudah diajarin dulu, tapi masih sering basah juga celananya. Dan masih tidak bisa nahan kencing,” ucapnya.

Walaupun dokter IL mengakui kesalahannya, namun ibu korban masih sakit hati, karena dokter IL masih membuka praktiknya dan mengunggah foto-foto testimoni tindakan dari kliniknya.

“Sedihnya saya kok dokternya tidak tanggung jawab, dia masih posting Instagram. Saya sakit hati, menderita, kok dia masih praktik, posting di instagram. Saya sekarang sudah pasrah, tapi kalau lihat kondisi penis anak saya sakit. Ke depan saya harus berjuang untuk lubang penis anak saya. Itu anak saya belum ngerti aja kalau posisi penisnya seperti itu,” imbuhnya sambil menangis.

Ibu korban sempat beberapa kali membawa anaknya ke psikolog, korban mengalami trauma. Sejak saat itu, korban menjadi sosok yang lebih pendiam dari biasanya.

“Saya saja stres mikirin anak saya. Saya bawa dia ke psikolog, dan benar, dia trauma ke dokter, walaupun sakit apapun itu. Bayangkan saja, dia sudah tiga kali penisnya dioperasi. Dia sekarang masih belum tahu aja kalau bentuk penisnya seperti itu,” tutupnya.(Sumber)