News  

Horor! Wabah Narkoba Tranq di Philadelphia AS: Bikin Pecandu Mirip Zombie

Berbagai video di media sosial menunjukkan horornya jalanan Kensington, Kota Philadelphia, Amerika Serikat, yang dipenuhi orang-orang pecandu narkoba. Mereka tampak tidak sadarkan diri, tergeletak di jalanan, dan bertingkah layaknya ‘zombie’.

Video-video tersebut memperlihatkan bagaimana kondisi Kensington, yang dianggap sebagai ‘titik nol’ epidemi narkoba, menjangkiti warga dari berbagai usia yang tinggal di wilayah itu.

Menurut laporan Wion News, video mengerikan soal apa yang terjadi di Kensington pertama kali dibagikan oleh seorang pengguna di TikTok, lalu meluas ke Twitter.

Adapun penggunaan ‘obat penenang’ non-opioid Xylazine yang berlebihan atau dikenal sebagai ‘obat tranq’ diketahui menjadi pemicu utama terjadinya krisis narkotika di AS saat ini, khususnya di Philadelphia. Skala yang diakibatkan pun sangat besar.

Dikutip dari New York Post, pada bulan lalu Dinas Kesehatan Masyarakat Philadelphia dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Kensington telah terkena dampak besar dari epidemi ‘obat penenang’ tersebut.

“Xylazine telah menghantam Philadelphia dengan sangat keras, menyebabkan peningkatan kematian akibat overdosis serta kerusakan parah yang dapat menyebabkan sepsis dan amputasi,” bunyi pernyataan itu.

“Sebagai hasilnya, Dinas Kesehatan Masyarakat Philadelphia telah bekerja sama dengan para mitra di seluruh kota untuk menangani aspek baru dari epidemi overdosis obat ini,” pungkasnya.

Menurut laporan media lokal, xylazine awalnya diberikan izin layak edar hanya untuk digunakan kepada hewan oleh Food and Drug Administration (FDA) sebagai obat sedatif.

Namun, lambat laun kandungan obat ini ditemukan di dalam fentanil, heroin, dan obat-obat terlarang lainnya guna meningkatkan efek ‘penenang’.

Obat non-opioid itu dianggap tidak cocok untuk dikonsumsi manusia akibat efek samping fatal yang mengikutinya. Bagi pecandu yang overdosis xylazine, maka tubuh mereka tidak lagi dapat merespons nalokson (Narcan) — obat pemulihan overdosis yang paling banyak digunakan.

Penggunaan xylazine juga meluas, lantaran mudah dikonsumsi dengan berbagai cara dan dapat dicampur dengan zat lain untuk meningkatkan ‘efek’ kejiwaan para pengguna.

Dalam video itu, tampak para pecandu merokok, menghisap, menyuntikkan, menelan, dan menghirup xylazine — bahkan ada yang menyuntikannya di antara jari-jari mereka.

Selain kebal dari obat penawar overdosis, efek dari xylazine tampak sangat mirip dengan gejala overdosis pada umumnya, seperti penurunan kesadaran yang tidak terkendali, pernapasan yang melambat, dan ketidaksadaran terhadap sekitar.

Tidak hanya itu, xylazine juga menyebabkan gejala yang mematikan, termasuk pembusukan kulit seperti zombie.
Xylazine berkembang sangat pesat tidak hanya di Philadelphia saja, tetapi ke berbagai kota AS lainnya pula. Baru-baru ini, Gedung Putih menyatakan obat terlarang xylazine sebagai ‘ancaman yang berkembang’.

Horornya pemandangan di Kensington juga dilaporkan dapat ditemukan di sudut-sudut terpencil kota besar AS.
Lantas, siapa yang bertanggung jawab atas krisis narkoba tersebut?

Jaksa Wilayah Philadelphia Larry Krasner disebut menjadi pihak yang disalahkan atas situasi tersebut, lantaran dinilai gagal mengatasinya. Kegagalan Krasner dalam menangani kejahatan dan krisis narkoba menjadi alasan dia dimakzulkan dari jabatannya pada 2022. Namun, sidang pemakzulannya ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Menurut pengguna di media sosial, Kota Kensington telah menyaksikan situasi serupa lebih dari 30 tahun lamanya — jauh sebelum fentanil dan xylazine berkembang.

“Philly [julukan Philadelphia] terlihat seperti ini sebelum adanya fentanil dan obat penenang. Heroin menjangkiti kawasan ini beberapa tahun yang lalu,” tulis dia.

Adapun menurut pendiri organisasi non-profit rehabilitasi narkoba Savage Sisters, Sarah Laurel, peningkatan penggunaan xylazine telah berlangsung selama empat tahun terakhir. “Dan kita sekarang memiliki individu yang memiliki borok menganga terbuka, infeksi, beberapa jaringan nekrotik, dan itu mengarah ke amputasi,” kata Laurel.(Sumber)