News  

Innalillahi! Pasien Meninggal Saat Antre ICU di RSUD Soewandhi Surabaya

Seorang pasien bernama Asiasih (52) warga Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, meninggal dunia saat antre di ICU RSUD Soewandhi Surabaya. Ia meninggal dunia pada Rabu (31/5).

Peristiwa ini diketahui dari laporan warga ke Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti. Kondisi pasien itu mengharuskan dapat perawatan intensif di ICU, tapi saat itu ruang ICU penuh.

“Masuk laporan warga ada pasien yang kondisinya semakin buruk tapi enggak bisa masuk ICU karena penuh,” ujar Reni saat dikonfirmasi, Jumat (2/6).

Pasien sempat dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sembari menunggu ada ruang ICU yang kosong. Reni bilang pihak rumah sakit baru menyatakan ada ruang yang kosong ketika Reni menanyakannya, tapi pasien sudah meninggal dunia.

“Saya datang, saya konfirmasi direktur memang menyatakan penuh (ICU). Tapi beberapa waktu (terakhir) itu infonya bisa masuk (ICU) tapi ketika mau masuk sudah meninggal. Itu pun ketika saya sudah di sana,” katanya.

Keluarga Sempat Ingin Merujuk Pasien

Sementara itu, anak korban, Yesi Setiawati, mengatakan kejadian ini berawal saat ibunya mengeluh sakit pada Sabtu (27/5). Lalu, keluarga membawanya ke puskesmas terdekat dan langsung dirujuk ke RSUD Soewandhi Surabaya.

Saat di rumah sakit, Asiasih langsung dimasukkan ke ruang IGD. Selama tiga hari dirawat, ibunya itu masih di IGD. Alasannya karena belum mendapatkan ruangan.

“Dikasih tahu kalau ibu saya harus dirawat inap tapi enggak ada kamar dan nunggu (masih) antre 17,” ucapnya.
Tak kunjung mendapatkan kamar inap, Yesi pun berinisiatif untuk memindahkan ibunya ke rumah sakit lainnya.

Tapi, pihak RSUD Soewandhi tak mengizinkannya. Bahkan, pihak rumah sakit mengancam mencabut BPJS Asiasih.
“Di awal enggak ditawari (rujuk) waktu kamar penuh. Enggak ada update kurang ini-ini. Saya inisiatif cari koneksi di luar untuk cari kamar,” jelasnya.

Pada Senin (29/5), Yesi mendapatkan kabar bahwa ada kamar yang kosong. Namun, masih ada enam antrean lagi untuk bisa menempati kamar inap itu.

Sementara, pada Selasa (30/5), kondisi ibunya itu sudah memburuk dan membutuhkan perawatan intensif. Pihak keluarga juga diminta untuk menandatangani penolakan rujukan.

“Pihak rumah sakit (baru) bilang harus dirujuk ke RS lain. Tapi RS bilang kalau dirujuk belum tentu dapat kamar dan step-nya harus mulai nol lagi,” ucapnya.

Sehingga, pihak keluarga terpaksa menunggu kamar ICU kosong. Pada Rabu (31/5), Wakil DPRD Surabaya, Reni Astuti mengunjungi RSUD Soewandhi untuk mengecek.

Ternyata, ada empat kamar ICU yang kosong dan di hari itu juga Asiasih mengembuskan napas terakhirnya.
“Pas ada Bu Reni, ICU kosong empat, tapi belum masuk ke ICU ibu saya meninggal,” terangnya.
Penjelasan RSUD Soewandhi Surabaya

Direktur Utama RSUD Soewandhi Surabaya, Billy Daniel Messakh buka suara soal kejadian tersebut.
Billy memang membenarkan pada Sabtu (27/5), ruang ICU di RSUD Soewandhi sedang penuh. Namun, ia menyangkal soal pihak rumah sakit menolak pengajuan rujukan dari keluarga.

“Tanggal 27 (Mei) dia diterima di IGD Soewandhie. Pas dia datang, kamar kita sudah penuh. Karena penuh kami tawarkan rujuk,” terangnya.

“Keluarga menolak. Setiap penuh SOP-nya kita tawarkan rujuk, kalau tolak harus tanda tangan penolakan,” tambah dia.

Billy mengungkapkan bahwa Asiasih juga telah mendapatkan perawatan oleh dokter penanggungjawab. Pasien itu juga dinyatakan mengalami gangguan pada paru-paru.

“Sekitar tanggal 30 (Mei) kita tawarkan masuk ICU. Karena penuh kembali kita tawarkan rujuk tapi anaknya menolak dan konfirmasi ke keluarga ditawari ICU,” tegasnya.

Billy juga menyebut bahwa pihak rumah sakit telah menawarkan kepada pihak keluarga Asiasih untuk dirujuk di rumah sakit lain. Pihak keluarganya pun memilih untuk menunggu antrean di ruang ICU RSUD Soewandhi.

“29 (Mei) itu inden masuk ICU itu ke-6. Tanggal 31 (Mei) dia masuk inden pertama. Tapi karena kondisi tetap menurun, kita selalu tawarkan rujuk atau menunggu, dia mau. Sudah ada tempat di dalam,” pungkasnya.

“Keluarga nggak ngasih tahu kenapa nggak mau dirujuk. Tapi kita punya beberapa temuan kalau masuk ICU di mana tempat pun pasti nambah minimal bahan habis pakai orang tuanya misal pampers, alat mandi, kalau di Soewandhi itu semua ditanggung Pemkot,” tandasnya(Sumber)