Tekno  

Mastodon, Medsos Microblogging Alternatif Twitter Buatan Jerman

Twitter akan menerapkan batasan bagi penggunanya bisa membaca tweet harian. Bagi pengguna yang gak nyaman dengan aturan baru itu dan memutuskan untuk pindah ke aplikasi lain, Mastodon bisa menjadi alternatifnya.
Postingan netizen yang memilih pindah ke Mastodon sudah bermunculan sejak Minggu (2/7) lalu, ketika Elon Musk mengumumkan batasan baca kicauan harian di Twitter. Lalu, apa itu Mastodon?

Mengenal Mastodon

Mastodon merupakan aplikasi media sosial microblogging yang didirikan oleh Eugen Rochko, pengembang software asal Jerman. Aplikasi meluncur pada Maret 2016 lalu dan sekarang dikelola oleh Mastodon gGmbH, organisasi non-profit di Jerman.
Pengembangan proyek Mastodon menggunakan dana urunan alias crowdfunding. Oleh sebab itu, tidak ada iklan atau postingan berbayar yang akan pengguna temukan di Mastodon, sehingga lini masa hanya diisi postingan pengguna.
Mastodon secara tampilan desain mirip dengan Twitter. Bedanya, platform ini bersifat terbuka atau open-source dengan jaringan desentralisasi.
Ilustrasi aplikasi Mastodon. Foto: Rcc_Btn/Shutterstock
Ilustrasi aplikasi Mastodon. Foto: Rcc_Btn/Shutterstock
Media sosial ini memfasilitasi komunitas online atau instance (server). Setiap pengguna Mastodon merupakan anggota dari server tertentu, misal, @mastodon.social, @mastodon.world, @mstdn.id, dan lain sebagainya.
Jika bingung, pengguna bisa cek daftar server berdasarkan lokasi (Jakarta, Bandung, Indonesia, dan lain-lain) atau topik minat tertentu ketika membuat akun baru Mastodon.
Meski penggunanya memiliki instance yang berbeda-beda, mereka masih bisa saling berinteraksi satu sama lain. Ini alasan mengapa Mastodon dikenal sebagai jaringan sosial ‘federasi’ alias ‘Fediverse‘.
Pengguna bisa daftar ke server mana pun di Mastodon, termasuk membuat server baru sendiri lewat donasi di Patreon. Setiap instance memiliki aturan dan kebijakannya masing-masing, misal, seberapa ketat moderasi percakapannya.
Tidak seperti Twitter, nama akun pengguna Mastodon lebih panjang menjadi @(nama akun)@(nama instance Mastodon yang pengguna daftar). Contohnya, @[email protected].
Ilustrasi aplikasi Mastodon. Foto: davide bonaldo/Shutterstock
Ilustrasi aplikasi Mastodon. Foto: davide bonaldo/Shutterstock
Postingan di Mastodon disebut dengan ‘toot‘, bukan ‘tweet‘. Pengguna bisa posting konten atau toot hingga 500 karakter.
Pengguna dapat mengontrol siapa yang bisa lihat postingan, mulai dari publik (postingan bisa dilihat oleh pengguna beda server) hingga hanya pengguna yang di-mention. Ada juga fitur peringatan spoiler untuk teks dan gambar ketika sedang browsing postingan pengguna lain.
Hashtag atau tagar di Mastodon mirip dengan Twitter untuk topik yang sedang tren. Pengguna bisa membagikan postingan orang lain kepada follower pengguna yang fungsinya mirip retweet.

Batas baca tweet harian di Twitter

Elon Musk sendiri mengatakan Twitter sedang membatasi pengguna membaca tweet harian pada Minggu (2/7). Ini yang menjadi penyebab Twitter mendadak eror dengan banyak pengguna mengeluh gak bisa refresh lini masanya pada Sabtu (1/7) malam.
“Untuk mengatasi tingkat pengikisan data dan manipulasi sistem yang ekstrem, kami telah menerapkan pembatasan sementara,” cuit Musk di akun Twitter miliknya.
Orang terkaya di dunia itu tidak menjelaskan lebih detail soal manipulasi sistem yang dimaksud.
Aturan baru ini berlaku untuk semua pengguna. Sekarang batas baca kicauan adalah 10.000 twit per hari untuk akun centang biru alias pelanggan Twitter Blue, 1.000 twit per hari untuk akun gratisan, dan 500.000 twit per hari untuk akun yang baru dibikin.
Batasan akan semakin ketat ke depannya. Musk berencana membatasi pengguna Twitter membaca cuitan sebanyak 8.000 tweet per hari buat akun terverifikasi, 800 tweet per hari buat akun gratisan, dan 400 tweet per hari buat akun baru.(Sumber)