Aktivis SOKSI Ziarah Bersama ke Makam Tokoh Bangsa Prof. Suhardiman

Sejumlah tokoh senior, aktivis dan cendekiawan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) melakukan ziarah bersama ke makam Pendiri SOKSI, Prof Suhardiman dan Putra Biologis Pendiri, Bobby Suhardiman pada Jum’at, 13 Juli 2023 di Evergreen Puncak Bogor.

Tampak bersama rombongan peziarah, tokoh dan saksi sejarah pendirian SOKSI, Oetojo Oesman. Menurut Mantan Menteri Kehakiman perjalanan ritual kebangsaan semacam ini perlu dijadikan tradisi organisasi sebagai aksi positif yang konsisten.

Momentum saat ini pun sangat tepat jelang tahun-tahun politik yang semakin menghangat. “Pentingnya menyempatkan diri kontemplasi tentang peran para tokoh masa lalu yang telah mendedikasikan dirinya untuk kemashlatan bangsa sebagai pembelajaran bagi generasi masa kini dan mendatang,” ucap Oetojo Oesman.

Hal ini selaras dengan apa yang telah disampaikan oleh Robert A Heinlein, Penulis Legendaris AS, Generasi yang mengabaikan Sejarah akan kehilangan masa lalu dan juga masa mendatang.

Oetojo Oesman yang juga Wakil Ketua Dewan kehormatan Partai Golkar ini menguraikan 3 peran penting Prof Suhardiman. Pertama, Mendirikan SOKSI pada 20 Mei 1960, sebagai satu-satunya Pendiri SOKSI yang telah resmi dicatatkan dalam MUKADIMAH Anggaran Dasar SOKSI;

Kedua, Menekankan pentingnya istilah KARYA bagi GOLKAR. Kerja keras haruslah berorientasi pada hasil (result oriented); Ketiga, Hubungan SOKSI Golkar bersifat SIMBIOSIS MUTUALISTISME. Berjuang bersama membesarkan GOLKAR hingga menjadi Partai yang modern dan diperhitungkan.

Senior SOKSI, penggagas ‘Ziarah Bersama’, Jimmy B. Haryanto menyampaikan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai ajang silaturahmi antar kader sekaligus mengenang jasa pendahulu bangsa yang sangat berperan bagi SOKSI, Partai Golkar dan kemajuan Indonesia.

“Tidak ada fakta hari ini yang lepas dari peran tokoh dan pejuang masa lalu, yang karenanya tidak boleh kita abaikan atau lupakan, sehingga tidak ada alasan untuk SOKSI tidak solid,” ujarnya.

Hadir sekitar 25 orang mewakili unsur kader SOKSI, beberapa diantaranya adalah: Dewan Pembina Partai Golkar dan SOKSI/ Mantan Menteri Kehakiman era Gusdur, Oetojo Oesman; Wakil-wakil Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI Rudi Sanyoto, Jimmy B. Haryanto;

Sekretaris Dewan Pakar, Heri Wihasnanto; Mantan Anggota DPRRI Hamka Yandhu dan Endang Syarwan Hamid, Anggota Dewan Pembina Prof. Yulius Hasan, Robinson Napitupulu, Purnama Sitompul, Robert Sinaga, Jacob Purwanto (Sekretaris Wantim SOKSI), James Marpaung, Anny Simanjuntak, Ali SOKSI Korea, cucu pendiri Rayi Suhardiman dan aktivis SOKSI lainnya yang juga turut dalam rombongan serta Ketua Depinas SOKSI, Dina Hidayana.

Hamka Yandhu, Anggota Dewan Pembina SOKSI yang juga mantan anggota DPR RI ini mengingatkan bahwa SOKSI salah satu organisasi yang turut andil mendirikan Partai Golkar dengan misi utama menjadi benteng yang kokoh dalam menegakkan ideologi bangsa Indonesia, yakni Pancasila dan berkomitmen untuk terus turut serta mengawal pembangunan nasional dengan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa, baik di tingkat nasional maupun lokal.

Berkaitan itu, ditegaskan pula oleh Wakil Ketua Dewan Pembina SOKSI, Rudi Sanyoto bahwa sudah sewajarnya SOKSI diperankan dan memerankan diri sebagai bagian strategis dari kemenangan Partai Golkar dan nasib masa depan bangsa.

Pendiri SOKSI, Prof. Suhardiman bahkan dikenal sebagai dukun politik melalui intuisinya yang sangat tajam dalam menginterpretasi dan memprediksi kondisi sosial politik bangsa serta suksesi kepemimpinan dari masa ke masa.

Salah satu kepiawaian politik Prof. Suhardiman yang ditunjukkan pada waktu terakhir jelang wafatnya adalah menerawang seorang ‘pedagang kayu’ sebagai Calon Presiden. Hal tersebut dibuktikan dengan keterpilihan Joko Widodo sebagai Presiden RI ke 7, dimana SOKSI merupakan Ormas politik yang mendorong dan turut serta menjadikan Presiden Joko Widodo.

Di komplek pemakaman keluarga besar Prof. Suhardiman tersebut turut dimakamkan pula putra pertama Pendiri, Bobby Suhardiman yang di masa hidup terakhirnya sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina SOKSI.

Sesaat sebelum wafatnya, Bobby menjadi Plt Ketua Umum SOKSI menyelenggarakan MUNAS XI SOKSI Tahun 2020 dengan dihadiri Ketua Umum DPP Partai Golkar, Arlangga Hartarto beserta jajarannya dan pimpinan Hasta Karya serta perwakilan kader pemilik hak suara dari seluruh penjuru nusantara yang sukses mengantarkan Ahmadi Noor Supit sebagai Ketua Umum Depinas SOKSI 2020-2025 sebagai kelanjutan estafet Ade Komarudin.

Bobby Suhardiman pun dikenal sebagai politisi ulung yang sempat menjadi Anggota DPR RI. Pelobi politik handal menjadi julukan Bobby Suhardiman yang juga diketahui merupakan sosok sederhana, cerdas, hangat bersahabat dengan siapapun tanpa memandang status sosial ataupun perbedaan pandangan politik serta sangat peduli pada kemajuan kader dan organisasi SOKSI.

Endang Syarwan Hamid, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan SOKSI sekaligus Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar yang pernah menjadi Anggota DPR RI ini juga menegaskan tidak ada keraguan bagi SOKSI terus kompak bersama Partai Golkar dan ormas pendiri lainnya untuk bersama-sama menorehkan catatan sejarah positif bagi kemajuan bangsa.

Tak berbeda dengan senior lainnya, Robinson Napitupulu menganggap seluruh dinamika yang ada pada SOKSI dan Partai Golkar merupakan kekhasan organisasi aktivisisme yang kritis dan tidak mengkultuskan individu tertentu.

Karenanya, isu-isu yang memancing konflik terbuka perlu dijembatani dengan komunikasi masif dan kegiatan positif nyata yang lebih mendekatkan dan membangkitkan semangat para kader. Di dunia ini tidak ada yang sempurna, tugas senior adalah merajut potensi dari individu kader agar bermanfaat bagi organisasi dan bangsa ke depan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Depinas SOKSI, Dina Hidayana yang juga mewakili unsur kader muda cendekiawan tidak menampik agenda ziarah Pendiri SOKSI ini sebagai perjalanan religi yang bernuansa politis strategis.

“Konflik organisasi memiliki peran ganda, menstimulus kinerja di satu sisi namun juga berpotensi menihilkan ikhtiar akibat dampak ataupun kelelahan bertikai disisi sebaliknya.” Tutur Dina.

Dina sepakat tidak ada satupun negara maju yang mengabaikan sejarah dan peran strategis tokoh-tokoh bangsa yang berjasa bagi kemajuan bangsanya, Indonesia harus banyak belajar untuk lebih menghargai peran para pejuang yang telah mengantarkan negeri ini hingga pesatnya kemajuan yang dicapai saat ini, baik yang secara nyata diberi gelar kehormatan ataupun tidak.

“Kita harus mau senantiasa belajar dari catatan-catatan, data fakta maupun peristiwa masa lalu, mengkapitalisasi hal-hal positif untuk menjadi bangsa besar. Pastilah tidak mudah mengelola negara heterogen seluas dan sekompleks Indonesia,” ujar Dina.

Selain itu, kekompakan dan semangat korsa dalam mencapai tujuan bersama menjadi modal utama dalam percepatan pencapaian visi bangsa, pungkas Dina yang juga Doktor Strategi Pertahanan jebolan Unhan RI ini. {golkarpedia}