Melegenda di Ducati, Casey Stoner Justru Sindir sang Mantan Tim

MELEGENDA di Ducati, Casey Stoner justru sindir sang mantan tim. Casey Stoner mengkritik MotoGP karena menggunakan terlalu banyak perangkat elektronik. Dia juga menyindir Ducati karena terlalu mendominasi dengan memiliki terlalu banyak tim di grid.

Stoner merupakan salah satu pembalap terbaik yang pernah dimiliki Ducati. Dia pensiun muda pada usia 27 tahun, namun sukses menjadi juara dunia dua kali, dengan yang pertama diraih bersama Ducati pada 2007.

Dibandingkan dengan masa jayanya, MotoGP telah berkembang dengan sangat jauh karena adanya banyak perangkat elektronik di kuda besi. Namun begitu, pembalap asal Australia itu menentang ketergantungan terhadap peralatan elektronik.

Stoner terang-terangan menyatakan tidak suka dengan semua peralatan elektronik maupun perangkat aerodinamika yang kini semakin berkembang dan digunakan di ajang MotoGP. Dia menegaskan bakal mengubah semua peraturan yang memperbolehkan hal tersebut jika bisa melakukannya.

“Kalau saya bisa mengubah MotoGP, saya akan membuat beberapa perubahan pada peraturannya. Semua perangkat omong kosong itu harus dibuang: tidak ada winglet, tidak ada perangkat ketinggian pengendaraan, tidak ada kontrol anti-wheelie, kontrol traksi dikurangi seminimal mungkin. Biaya harus turun dan aturan harus bertahan sepuluh tahun sehingga pabrikan yang kalah bisa mengejar,” kata Stoner dilansir dari Speedweek, Sabtu (22/7/2023).

Stoner juga mengirim sindiran kepada mantan timnya, Ducati, yang kini sangat dominan di MotoGP. Tim asal Italia tersebut memiliki delapan pembalap dari empat tim berbeda. Lima di antara delapan pembalap Ducati menempati enam besar klasemen sementara MotoGP 2023.

Stoner pun menilai hal tersebut tidak adil. Lagi-lagi dia bakal mengubah peraturannya agar semua tim bisa bersaing tanpa adanya dominasi dari satu merek mana pun.

“Memiliki separuh pembalap yang mendikte apa yang terjadi di lintasan tidaklah adil dan itu bukan cara kerja kejuaraan dunia. Saya akan mengambil semuanya, itu hanya membutuhkan aturan yang melarangnya dan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa mengelak,” jelas pria yang kini berusia 37 tahun itu.

Yamaha memiliki sasis yang sangat bagus, tetapi kekurangan tenaga. Setiap motor membutuhkan kelebihan dan kekurangannya masing-masing agar persaingan berjalan seimbang. Tapi saat ini semua orang meniru yang terbaik, jadi semua orang berkembang ke arah yang sama,” tambahnya.

Casey Stoner

Selain itu, Stoner juga menegaskan bahwa berbagai perangkat tambahan yang diletakkan di motor membuat para pembalap terlalu mudah mengendalikan motor mereka. Dia begitu kecewa karena semua perkembangan ini justru membuat kompetisi semakin membosankan.

“Saat ini para pembalap hampir tidak memiliki masalah dalam mengendalikan motornya. Mereka hanya menyalakan gas pada sepeda 280 km/jam dan tidak terjadi apa-apa. Ini membuat frustrasi,” ujar pembalap berpostur 171 cm itu.

“Meskipun saya suka balapan, perkembangan ini mengecewakan saya. Kami memiliki lebih banyak perangkat elektronik daripada Formula 1. Itu harus dihentikan,” imbuhnya.

“Memang di MotoGP era saya sudah cukup banyak perangkat elektronik, dan saya tidak suka. Saya suka dimana motor terasa natural, jika kamu melakukan kesalahan sedikit maka kamu akan terjatuh,” pungkasnya.(Sumber)