News  

Dituding Ahli Tata Kata Bukan Ahli Tata Kota, Ini Jawaban Anies Baswedan

Bakal calon presiden Anies Baswedan menjawab tudingan-tudingan soal kinerjanya selama menjadi Gubernur DKI. Salah satunya adalah soal julukan “bukan ahli tata kota, tapi ahli tata-kata”.

“Ya sebetulnya biar mereka yang menjelaskan, apa iya? Karena yang namanya tuduhan, framing, enggak akan pernah berhenti,” jawab Anies dalam talkshow kumparan, Info A1, yang tayang Jumat (4/8) malam.

Anies lalu menganalogikannya dengan segelas air. Jika ada 100 orang yang bilang gelas tersebut berisi air keras, Anies menyebut ia tak perlu mencari 200 orang yang bilang isinya adalah air putih. Yang perlu ia lakukan cukup mencoba meminumnya saja.

“Ketika diminum dan baik, berarti ini air putih. Nah saya lihat Jakarta. Alhamdulillah, saya sudah selesai di Jakarta. Boleh dilihat, apakah Jakarta ada hasilnya? Saya rasa [ada],” lanjutnya.

Ia kemudian membeberkan, selama menjabat sebagai gubernur, ada banyak perubahan yang ia lakukan. Salah satunya adalah perubahan perencanaan tata kota yang dampaknya mungkin baru akan terasa 5-10 tahun ke depan.

Jakarta, kata Anies, selama ini punya kebijakan yang membatasi tinggi maksimal sebuah gedung. Namun pada kenyataannya, gedung di Jakarta punya tinggi beragam karena “kemampuan bayar dendanya itu beda.”

“Nah yang kemarin kita lakukan, RDTR namanya. Sekarang di Kota Jakarta, dekat dengan stasiun diizinkan untuk tinggi. Dengan rumus, jadi tidak perlu pakai diskresi dan macam-macam. Kalau ada stasiun, maka radius 800 meter bisa dibangun gedung pencakar langit untuk warga tinggal di situ,” ungkapnya.

Karena dekat dengan stasiun, warga yang tinggal tak perlu lagi punya lahan parkir. Selain itu, warga Jakarta juga bisa berkumpul di kawasan Jakarta, tak perlu lagi tinggal di kota-kota satelit di sekitarnya.

“Lalu (soal capaian di Jakarta) ada bangunan sangat besar, namanya Jakarta International Stadium. Kelihatan itu ya, enggak bisa pakai sulapan ya,” ungkap Anies.

Kebijakan lainnya, klaim Anies, adalah soal BPJS Kesehatan. Selama masa jabatannya, Anies menyebut ia berhasil membuat seluruh warga DKI Jakarta 100% terdaftar di BPJS.

“Suatu ketika saya pernah ke daerah sekitar Cengkareng. Masuk jalan kampung, terus mampir di warung. Ada ibu-ibu saya ajak ngobrol, terus dia cerita, ‘Ini suami saya sakit. Cuci darah terus menerus, rutin. Tapi untuk sekarang punya BPJS, dulu kita enggak punya’. Dan dia enggak tahu kalau itu adalah kebijakan kita,” tutur Anies.

“Dia tahunya sekarang saya tercover BPJS, dulu tidak. Nah kebahagiaan kami itu kan di situ. Dan itu kan enggak terlihat. Tapi itu yang saya sebut dengan unsur keadilan dan karya-karya kebijakan di Jakarta. Mudah-mudahan, fakta itu akan berbicara lebih kuat daripada fiksi apalagi fitnah,” tutupnya.(Sumber)