-
Hijau = baik (0-12)
-
Kuning = moderat (12.1 – 35.4)
-
Oranye = tidak sehat untuk kelompok sensitif (35.5 – 55.4)
-
Merah = tidak sehat untuk semua orang (55.5 – 150.4)
-
Ungu = sangat tidak sehat (150.5 – 250.4)
-
Merah maroon = beracun (lebih dari 250.4)
PM2.5 sendiri adalah partikel padat polusi udara berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau 36 kali lebih kecil dari diameter sebutir pasir. Ukuran PM2.5 yang sangat kecil ini membuat partikel polusi tidak dapat disaring oleh tubuh kita. Polusi PM2.5 dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan seperti kelahiran prematur, asma, batuk dan sesak napas, jantung koroner, diabetes, hingga kanker paru-paru.
Berdasarkan hasil pemantauan Nafas selama bulan Juli 2023, Serpong, Tangsel, menjadi lokasi paling berpolusi di Indonesia dengan rata-rata PM2.5 yang dihasilkan 80 µg/m³, ditandai kode warna merah atau tidak sehat untuk semua orang.
Sementara di urutan kedua wilayah paling berpolusi ditempati oleh Tarumajaya, Bekasi (79 µg/m³); diikuti Parung Panjang, Bogor (70 µg/m³); Babakan, Tangsel (70 µg/m³); dan Bedahan, Depok (68 µg/m³). Untuk lebih lengkapnya, bisa lihat tabel di bawah ini:
Faktanya, selama tiga bulan berturut-turut Tangerang Selatan menjadi kota paling berpolusi di jaringan sensor Nafas. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata PM2.5 bulan Juli mengalami peningkatan, dari 56 µg/m³ menjadi 60 µg/m³.
Bagaimana dengan Bekasi, DKI Jakarta, Depok dan Bogor?
Secara umum, kualitas udara Bekasi 17 persen lebih buruk dibandingkan DKI Jakarta. Tidak ada satupun daerah di Bekasi yang rata-rata kualitas udaranya masuk kategori cukup baik atau sehat. Tarumajaya masih memimpin dengan tingkat PM2.5 tertinggi.
Untuk wilayah DKI Jakarta, Jakarta Timur kembali menjadi satu-satunya kotamadya yang kualitas udaranya paling buruk, dengan indikator polusi menunjukkan warna merah (tidak sehat bagi semua orang). Nasib daerah Cipayung, baik di Depok maupun Jaktim, sama-sama juara polusi di daerahnya masing-masing.
Jakarta Barat, terutama warga Semanan, Kembangan Selatan, dan Palmerah, rata-rata kualitas udaranya selama bulan Juli 2023 masuk kategori Tidak Sehat.
Sementara Jakarta Selatan, dari 36 daerah hanya Kebayoran Baru yang kualitas udaranya cukup baik. 35 daerah lainnya perlu waspada karena rata-rata kualitas udaranya tidak sehat.
Untuk Jakarta Utara ada keuntungan mendapatkan semburan angin laut karena berada dekat pesisir. Namun bukan jaminan bebas polusi. Terbukti dari lonjakan polusi PM2.5 yang masih sering terjadi setiap harinya. Indikator udara di daerah Jakarta Utara ini rata-rata ditandai dengan warna oranye (tidak sehat bagi kelompok sensitif).
Bogor yang notabene banyak pepohonan dan dianggap sebagai kota healing terdekat dari Ibu Kota, nyatanya tidak lepas dari jerat polusi udara. Tingkat polusi di Bogor pada bulan Juli 2023 14 persen lebih buruk dari rata-rata Jakarta.
Sementara Depok, hanya Cipayung yang rata-rata kualitas udaranya cukup baik. Selebihnya masuk kategori tidak sehat, di mana Bedahan menjadi wilayah paling berpolusi di Depok.
Penyebab polusi udara
Menurut Nafas, sebagian besar polusi udara ini berasal dari aktivitas manusia, seperti kendaraan, asap pabrik dan pembakaran sampah, hingga fogging nyamuk. Namun ada juga yang berasal dari alam, salah satunya gunung meletus.
Polusi udara mudah berubah dengan cepat, dan dapat meningkat ketika ada sumber polusi di wilayah tersebut serta kondisi atmosfer yang mendukung. Angin bisa membawa polutan jauh dari sumber asalnya, dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Sayangnya penghijauan saja tidak cukup untuk mengatasi polusi udara. Studi US EPA menunjukkan, pohon hanya berkontribusi 0,24% dalam menghilangkan PM2.5 di udara. Dari peta satelit sebenarnya terlihat masih banyak zona hijau di Tangerang Selatan, terutama di sisi barat. Berdasarkan Laporan Nafas Mei 2023, wilayah Tangerang Selatan yang identik dengan daerah residensial yang asri, tingkat polusinya masih terpantau tinggi.
Padahal, jika terus dibiarkan, sudah banyak studi yang menyebut bahwa polusi udara bisa memengaruhi kesehatan, salah satunya peningkatan risiko influenza dan penyakit paru
.
Olahraga di tengah kepungan polusi
Dalam hasil laporannya Nafas menyebut, kita tidak perlu berhenti berolahraga, tapi sebaiknya lebih bijak memilih waktu berolahraga saat tingkat PM2.5 sedang cukup rendah.
Menurut studi oleh Universitas Nasional Seoul yang melibatkan orang-orang berusia 20-35 tahun selama 10 tahun, individu yang berolahraga di area dengan tingkat PM2.5 di atas 26 µg/m³ memiliki risiko penyakit jantung 33 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang sama sekali tidak berolahraga.
Sedangkan rata-rata kualitas udara Tangsel, Bogor, Bandung Raya, DKI Jakarta, dan D.I. Yogyakarta konsisten melampaui batas tersebut selama dua bulan terakhir.
Dengan begitu tidak direkomendasikan untuk berolahraga di luar saat polusi tinggi. Namun jika ingin tetap melakukannya, pertimbangkan beberapa hal berikut:
-
Cari waktu yang tepat, baiknya saat tingkat polusi terpantau rendah
-
Persingkat durasi olahraga di luar ruangan
-
Pakai masker agar membantu mengurangi paparan polusi PM2.5(Sumber)