News  

Polusi Udara di Jakarta Terus Memburuk Sejak Awal 2023, Pasien ISPA Meningkat

DKI Jakarta kini tengah dikepung polusi udara. Kita bahkan bisa melihatnya secara kasat mata. Melalui ruang kota yang berkabut, menguning, bahkan jarak pandang yang semakin pendek.

Buruknya kualitas udara lalu berdampak pada meningkatnya pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Salah satunya terjadi di Puskesmas Gambir dan Petojo Selatan, Jakarta Pusat. Bukan cuma warga biasa, Jokowi juga kini batuk-batuk sudah hampir empat minggu.

“Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena presiden sendiri sudah batuk, katanya sudah hampir 4 minggu beliau [batuk], belum pernah merasakan seperti ini,” kata Menteri Ad Interim ESDM Sandiaga Uno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8).

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato penyampaian RAPBN 2024 dan Nota Keuangan dalam sidang Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023).
 Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato penyampaian RAPBN 2024 dan Nota Keuangan dalam sidang Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
“Dan kemungkinan, dokter menyampaikan ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk,” ungkapnya.
Lantas, bagaimana kondisi kualitas udara di Jakarta dari hari ke hari? Mengapa kualitas udara di Ibu Kota terasa memburuk belakangan ini?

Memburuk Sepanjang 2023

Berdasarkan data yang dihimpun aqicn.org, indeks kualitas udara atau Air Quality Index (AQI) di Jakarta meningkat pesat tahun ini. Data di atas menunjukkan kualitas udara dengan satuan AQIPM2.5.
Dalam data tersebut, aqicn.org menggunakan AQI “Pencemar Individu”. Nah, oleh sebab itu satuannya adalah AQIPM2.5 karena merujuk pada kualitas udara terkait PM2.5.
PM2.5 atau Particulate Matter adalah partikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron atau lebih kecil dari itu. Paparan PM 2.5 dalam waktu sebentar saja sudah cukup untuk menyebabkan masalah pada mata, hidung, tenggorokan, iritasi paru, batuk, bersin, pilek, dan napas pendek.
AQI
Level Polusi Udara
<50
Baik
51 -100
Moderat
101-150
Tidak sehat untuk kelompok sensitif
151-200
Tidak sehat
201-300
Sangat tidak sehat
300+
Berbahaya

Pada 1 Januari 2023, kualitas udara di Jakarta masuk dalam kategori moderat. Sementara, pada 14 Agustus 2023, kualitas udara di Jakarta sangat tidak layak untuk dihirup dengan skor indeks capai 154.

Ini artinya, udara di DKI Jakarta sudah tidak sehat, sebab masuk dalam kategori tersebut. Tingkat kualitas udara ini sangat merugikan manusia dan kelompok hewan yang sensitif, serta menimbulkan kerusakan pada tumbuhan hingga nilai estetika.

Apabila data 1 Januari dan 15 Agustus 2023 dibandingkan, buruknya udara di Jakarta meningkat mencapai 166,67 persen. Ini naik hampir 3 kali lipat.

Membandingkan Kualitas Udara di Jakarta dari Tahun 2021-2023

Tahun 2021, menjadi tahun dengan indeks kualitas udara di Jakarta yang terbilang cukup sehat. Pasalnya, tak ada bulan-bulan yang kualitas udaranya menyentuh angka 150 atau dalam kategori tidak sehat.

Bulan-bulan di sepanjang tahun tersebut didominasi kualitas udara yang berwarna biru (0-25) hingga hijau (25-50). Angka 0-25 menunjukkan indeks dengan kualitas udara yang masuk dalam kategori baik berdasarkan Air Index Quality (AQI).

Masyarakat berjalan di terowongan Kendal, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Masyarakat berjalan di terowongan Kendal, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Tahun 2021 menjadi tahun pandemi COVID-19. Pemerintah melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Penerapan PPKM tersebut merupakan upaya untuk menahan laju penyebaran COVID-19.

Beberapa pembatasan yang dilakukan, seperti diberlakukannya jam buka bagi beberapa toko hingga rumah makan. Kebijakan kantor Work from Home (WFH) hingga Hybrid Working yang membuat para pekerja tak perlu pergi ke kantor dan cukup bekerja di rumah saja.

Kebijakan tersebut akhirnya memengaruhi penggunaan transportasi pribadi, khususnya di daerah Jakarta. Jalan protokol ibukota yang biasanya tampak macet di waktu-waktu peak hours, seperti jam berangkat dan pulang kerja, saat diberlakukan PPKM kemacetan yang diakibatkan kendaraan pun menurun drastis.

Di tahun 2022, kondisi udara di Jakarta terlihat semakin bergeser ke kategori sedang hingga tidak sehat. Mayoritas hari di sepanjang tahun 2022 dipenuhi kualitas udara dengan indeks 75 hingga lebih dari 150 AQIPM2.5.

Itu tandanya kualitas udara merugikan manusia, hewan, bahkan dapat menimbulkan kerusakan bagi tumbuhan. Penerapan PPKM yang tak seketat tahun 2021, membuat kualitas udara tak se-sehat tahun itu. Pemerintah sendiri akhirnya mencabut PPKM pada 30 Desember 2022.

Sementara, di tahun 2023 kualitas udara hampir serupa dengan kondisi di tahun 2022. Namun, semakin parah di bulan Agustus. Indeks kualitas udara dengan angka 150-175 atau kategori tidak sehat sudah terjadi seminggu lamanya di bulan Agustus tahun ini.

Direktur Eksekutif Walhi Jakarta, Sufi Fitria Tanjung, menilai pemerintah lalai terkait polusi udara yang makin mengepung Ibu Kota. Selain itu, ia menambahkan, kebijakan kontradiktif di tingkat Pemprov Jakarta justru malah dilakukan, seperti penghancuran trotoar pejalan kaki dan penghentian pembangunan jalur sepeda.

“Kami tidak menyanggah bahwa sektor transportasi masih jadi penyumbang terbesar. Tetapi pernyataan pemerintah, terutama pemprov, seperti menegasikan kontribusi polutan dari sumber lain. Bahkan menyalahkan musim kemarau, dan sebagainya,” kata Suci melalui pesan singkat, Selasa (15/8)

Dokter Umum, Dwitia Noviari mengatakan, pasien ISPA tidak hanya menyasar orang dewasa, tapi juga anak-anak. Peningkatan itu terjadi dalam sepekan terakhir usai memburuknya udara Jakarta.

“Saya kebetulan nggak kerja di sini aja, kebanyakan di poli umum Puskesmas Kecamatan Gambir. Tapi memang sekarang sih kasus ISPA-nya lagi meningkat,” kata Dwitia Noviari saat ditemui di Puskesmas Petojo Selatan, Senin (15/8).

Lebih lanjut, Dwitia mengungkapkan, untuk pencegahan ISPA dapat dilakukan dari diri sendiri hingga lingkungan. Salah satunya dengan tetap memakai masker.

“Karena udara sedang jelek-jeleknya, polusi meningkat, kalau bisa keluar pakai masker. Kalau misal sudah terkena ISPA, ya kalau bisa di rumah ada orang tua atau anak kecil, kita pake masker. Untuk cegah penularan,” ujar Dwitia.

Sejumlah penumpang KRL Commuter Line mengenakan masker di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (12/62023). Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line mengenakan masker di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (12/62023). Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan

Wacana 3 in 1 dan Hybrid Working

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyoroti banyaknya orang yang menggunakan kendaraan pribadi untuk satu orang. Menurutnya, itu jadi salah satu penyumbang polusi udara di Jabodetabek.

Budi mengusulkan agar dibuat kebijakan penggunaan satu mobil untuk diisi 3 sampai 4 orang. Hal ini untuk mengatasi masalah polusi udara di Jabodetabek yang kian memburuk.

Namun, menanggapi hal tersebut, Direktur Operasional & Pemeliharaan MRT, Muhammad Effendi, mengatakan kebijakan 4 in 1 belum efektif untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di Jakarta, sebab menurutnya masyarakat masih tetap memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum.

Ilustrasi joki 3 in 1. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ilustrasi joki 3 in 1. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

“Kalau saya melihat sih sangat positif ya. Tapi menurut saya tidak menyelesaikan masalah sih. Bukan tidak menyelesaikan masalah sih, tapi idealnya itu orang-orang itu dipindahkan dari pengguna mobil pribadi ke public transport, itu yang paling ideal,” kata Effendi saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (15/8).

Sementara itu, Presiden Jokowi juga sudah melakukan rapat terbatas membahas kualitas udara di wilayah Jabodetabek di Istana Merdeka pada 15 Agustus kemarin.

Jokowi menyampaikan arahan kepada jajaran pemerintah terkait untuk ditindaklanjuti dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

“Dalam jangka pendek, kita melakukan intervensi berupa rekayasa cuaca untuk memancing hujan, menerapkan regulasi batas emisi EURO 5 dan EURO 6, dan memperbanyak ruang terbuka hijau,” jelasnya.

“Kalau perlu, mendorong kantor-kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home,” sambung dia.(Sumber)