News  

Tekan Beban Keuangan, Waskita Karya PHK Massal 500 Karyawan

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) mengakui telah memangkas jumlah karyawan sekitar 500 orang atau 18 persen untuk mengurangi beban administrasi selama proses restrukturisasi.

Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada mengatakan, langkah efisiensi tersebut perlu dilakukan agar perusahaan yang sedang menghadapi masalah keuangan dapat segera sehat. Sehingga, perseroan bisa menjalankan bisnis dengan optimal.

“Efisiensi ini perlu dibarengi dengan perencanaan bisnis jangka panjang. Jadi harus diperhatikan juga aspek langkah strategis perusahaan dalam melakukan ekspansi maupun upaya untuk bertumbuh baik secara organik maupun anorganik,” ujar Reza, Rabu (27/12).

Dia melanjutkan, efisiensi tersebut dapat memperbaiki langkah perusahaan pelat merah itu dalam memperbaiki kinerja lantaran beban operasional yang berkurang. Reza memproyeksi, pemangkasan karyawan WSKT dapat mengurangi beban keuangan hingga 8 persen.

“Sehingga perseroan memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan atas kinerja keuangan,” jelasnya.
Selain itu, kata Reza, perseroan juga perlu melakukan negosiasi agar proses restrukturisasi berjalan maksimal sehingga mendukung fungsi Waskita Karya untuk kembali fokus ke bisnis inti.

“Untuk utang bond bisa dibahas di RUPO (rapat umum pemegang obligasi) apakah bisa minta keringanan maupun restrukturisasi,” ujarnya.

Sebelumnya, SVP Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, mengatakan pihaknya fokus melakukan upaya perbaikan tata kelola dan kinerja perusahaan melalui program transformasi bisnis.

Menurut dia, transformasi bisnis yang saat ini Waskita lakukan yaitu fokus kepada core business sebagai kontraktor murni, membuat perubahan organisasi dan peran karyawan dengan melakukan proses rightsizing agar proses bisnis perseroan semakin efisien dan efektif.

“Rightsizing merupakan sebuah upaya memastikan sumber daya perusahaan dipergunakan secara tepat dan efektif,” katanya.

Dia menambahkan, proses efisiensi tidak selalu berkaitan dengan perampingan, tetapi juga optimalisasi dengan menempatkan karyawan pada posisi atau jabatan yang tepat, the right man on the right place agar kinerja perseroan semakin maksimal.

”Proses rightsizing penting dilakukan untuk menghadapi lingkungan bisnis yang semakin dinamis dan meningkatkan kompetensi seluruh karyawan agar selalu bersiap diri menghadapi tantangan saat ini dan masa depan”, kata Ermy.

Di sisi lain, Ermy melanjutkan, perseroan juga melakukan perbaikan tata kelola perusahaan, di antaranya melalui penerapan komite manajemen risiko konstruksi. Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap proyek yang akan diambil merupakan proyek sehat dengan risiko finansial yang rendah, seperti adanya ketentuan monthly payment, uang muka dan adanya kepastian pembayaran dari owner.

Waskita Karya juga membentuk financial controller sebagai pengendalian sistem keuangan dan mewujudkan kesatuan likuiditas dalam bentuk sentralisasi pembayaran. Perbaikan kinerja perusahaan juga terus dilakukan di antaranya melalui lean construction agar proyek-proyek melakukan efisiensi minimum 1 persen dari sisa nilai kontrak melalui metode material manajemen yang lebih efektif dan efisien.

”Untuk menghadapi tahun 2024, Perseroan optimistis dengan langkah-langkah yang dijalankan dapat menciptakan bisnis yang lebih sehat dan prudent, sehingga kepercayaan yang diberikan oleh publik dapat kami jaga dengan baik,” tambahnya.

Pada Kuartal III 2023, Waskita Karya mencatatkan rugi bersih senilai Rp 2,83 triliun. Rugi tersebut berbalik arah dari laba bersih pada kuartal III 2022 senilai Rp 425,29 miliar.

Kerugian yang dialami Waskita Karya disebabkan pendapatan usaha turun 24,13 persen (yoy) menjadi Rp 7,81 triliun dibanding Rp 10,3 triliun di kuartal III 2022. Sementara beban keuangan tercatat Rp 3,16 triliun atau turun 4,52 persen.

Adapun total proyek berjalan Waskita Karya hingga November 2023 mencapai 90 proyek yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, paling banyak adalah di Jawa dan Bali sebanyak 41 proyek.

Rudi menyebutkan, nilai kontrak 90 proyek berjalan tersebut mencapai Rp 52,7 triliun. Klaster proyek mencakup konektivitas sebesar 60 persen, proyek sumber daya air sebesar 17 persen, proyek gedung 13 persen, dan 10 persen adalah proyek pengembangan bisnis di internal Waskita Karya.(Sumber)