News  

Rocky Gerung Prediksi Nasdem, PKB, Hingga PKS Merapat ke Prabowo, Anies Ditinggalkan?

Pengamat politik Rocky Gerung memprediksi, Prabowo-Gibran bakal merangkul sejumlah partai yang menjadi lawannya saat Pilpres 2024.

Lantas bagaimana nasib Anies, Cak Imin, Ganjar, dan Mahfud? Baca Juga : Santer Diisukan Jadi Ibu Negara, Video Curhatan Titiek Soeharto Beredar di Medsos Dikutip dari tayangan YouTube Rocky Gerung Official, mantan dosen UI itu mengatakan, pembelahan kubu pasti akan terjadi, meski Pemilu telah usai.

“Tapi teori pembelahan itu kira-kira diantisipasi oleh kubu Prabowo. Karena itu bujuk rayu pasti dimulai, dan itu yang sebetulnya kita tunggu, apakah Anies akan terbujuk mungkin tidak,” katanya disitat pada Kamis, 15 Februari 2024.

“Tapi apakah Nasdem akan terbujuk? Apakah PKB akan terbujuk? Kelihatannya iya. Kita duga dengan keras kepentingan Nasdem adalah kepentingan akumulasi kapital,” sambungnya.

“Kita tahu gimana Nasdem terseok-seok karena kapitalnya terkuras dan akumulasinya terhenti karena mendukung Anies kan,” timpalnya lagi.

Menurut Rocky, demikian juga dengan Muhaimin Iskan alias Cak Imin. “Dia (Cak Imin) justru semakin cemas, karena keadaan akan berbalik bahwa mungkin potensi sprindik akan dikeluarkan lagi,” tuturnya.

Namun menurut Rocky Gerung, itu juga telah dibaca dengan baik oleh Prabowo. “Karena itu ucapan Pak Prabowo dia akan menjadi presiden untuk semua seluruh rakyat.”

“Artinya, ada upaya untuk merangkul Nasdem dan PKB, bukan Anies sebetulnya akan dirangkul, Anies kembali kepada posisi intelektual sebagai pengamat karena enggak ada partainya kan,” sambungnya. Rocky menambahakna, lain lagi kalau Anies ada partai.

“Jadi ini kelihatannya akan terjadi upaya untuk memisahkan Anies dan Nasdem dan PKB.” Karena memang, lanjut Rocky Gerung, ‘perkawinan’ Nasdem dan PKB itu bukan karena persamaan ideologi, tapi lebih dari sekedar untuk menempuh melompati pagar 20 persen sebagai ambang batas peserta capres cawapres.

“Nah itu dasarnya, jadi memang pada akhirnya pragmatisme akan tiba juga di Nasdem dan di PKB.” “Nah itu bahayanya orang merasa Anis merasa punya kepentingan untuk ikut serta dalam kabinet berikut padahal sebetulnya itu lebih atas kepentingan Nasdem dan PKB sebetulnya,” katanya lagi.

Lantas bagaimana dengan nasib PKS sebagai partai yang turut mengusung Anes-Cak Imin? “Kalau PKS saya kira dianggap akan tetap ada dalam posisi kritis. Tapi setelah melihat keadaan, ya mungkin aja PKS masuk dalam perjanjian pragmatis, saya kira itu,” tuturnya. Menurut Rocky, kondisi serupa juga akan dirasakan Ganjar.

“PDIP tentu lama menunggu lima tahun ke depan, sementara Prabowo tentu akan memaksimalkan rayuan pada Ibu Megawati, dan mungkin juga Ibu Mega tidak bisa dirayu, tetapi fraksi-fraksi di PDIP mungkin sekali kena rayuan Prabowo, itu soalnya,” jelas dia.

“Jadi dari awal kita tidak melihat potensi ada oposisi lagi, saya kira itu yang berbahaya kalau Prabowo akhirnya merangkul lagi baik kubu Anies maupun Ganjar,” sambung Rocky. “Dan kemudian kita tiba lagi pada problem tidak ada lagi oposisi.

Padahal itu persoalannya. Tidak mungkin demokrasi jadi bersih kalau tidak ada oposisi,” kata Rocky Gerung lagi.

(Sumber)