News  

Ini Analisa CSIS Soal Suara Ganjar-Mahfud Ambyar di Kandang Banteng

Centre for Strategic and International Studies (CSIS) membeberkan analisis mereka mengapa paslon 02 Prabowo-Gibran bisa menang Pilpres 2024 satu putaran. Termasuk analisis mengapa suara paslon 03 Ganjar-Mahfud ambruk di basis PDIP atau kandang banteng.

Hingga Rabu (21/2), berdasarkan data hitung cepat sejumlah lembaga survei termasuk CSIS, kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di kisaran 57-58 persen.

Dengan torehan tersebut, hampir dipastikan Pilpres akan berlangsung dalam satu putaran.

 

Pengamat Politik CSIS, Arya Fernandes. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Pengamat Politik CSIS, Arya Fernandes. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, mengatakan kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak awal. Survei-survei yang dilaksanakan sebelum Pemilu sudah menemukan tren kenaikan suara Prabowo-Gibran secara signifikan sejak November 2023.

“Kemenangan telak Prabowo-Gibran dapat dianalisis dari tiga kemungkinan. Pertama, meningkatnya selera pemilih pada pemimpin kuat (tegas/berwibawa) sebesar 6,6 persen dari 16,4 persen (2019) ke 23% (2023) seperti terekam dalam survei CSIS pada Maret 2019 dan Desember 2023,” ucap Arya dalam keterangan tertulisnya.

Analisis CSIS soal suara Pilpres 2024. Foto: Dok. CSIS
Analisis CSIS soal suara Pilpres 2024. Foto: Dok. CSIS

CSIS menjelaskan, citra sebagai pemimpin kuat masih tertanam kuat di benak pemilih pada sosok Prabowo meskipun ia mengubah imejnya menjadi gemoy.

“Setelah dilantik Oktober 2024 nanti, Prabowo adalah presiden dengan latar belakang militer ke-2 setelah reformasi yang berhasil menjadi presiden, setelah sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004-2014,” jelas Arya.

Capres-Cawapres nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD usai memberikan keterangan pers di Rumah Pemenangan TPN, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Capres-Cawapres nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD usai memberikan keterangan pers di Rumah Pemenangan TPN, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Tak hanya itu, CSIS menyebut survei mereka menemukan turunnya ketertarikan pemilih terhadap pemimpin yang merakyat/sederhana sekitar 13 persen. Kondisi tersebut yang mungkin salah satunya membuat Ganjar yang memersepsikan diri sebagai capres “wong cilik” kesulitan mendapatkan dukungan pemilih.

“Hal tersebut berbeda dengan apa yang kami temukan sebulan sebelum pemilu 2019. Saat itu lebih dari sepertiga pemilih (37,9 persen) mengaku tertarik pada sosok pemimpin yang merakyat/sederhana. Tingginya daya tarik pemimpin sederhana mungkin bisa menjelaskan keterpilihan petahana Jokowi untuk kedua kalinya,” ucap Arya.

Kedua, CSIS menyebut kemenangan Prabowo dapat dijelaskan dari cukup tingginya angka split-ticket voting yang terjadi pada pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan koalisi Ganjar-Mahfud. Kondisi tersebut tentu menguntungkan Prabowo.

“Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis partai pendukungnya, tetapi juga mendapatkan suara dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Istri capres 03 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti senam bareng ribuan Srikandi PDIP Bandar Lampung di PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Rabu (10/1/2024). Foto: Dok. Istimewa
Istri capres 03 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti senam bareng ribuan Srikandi PDIP Bandar Lampung di PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Rabu (10/1/2024). Foto: Dok. Istimewa

Suara PDIP Tak Solid ke Ganjar-Mahfud

Sebagai contoh, survei CSIS pada 13-18 Desember 2023 menemukan, hanya 64,8 persen dari total pemilih PDI Perjuangan yang mengaku memilih Ganjar-Mahfud. Sementara 25,4 persen memilih Prabowo-Gibran dan 5,6 persen memilih Anies-Muhaimin.

“Berbeda dengan kondisi 2019, di mana 88,8 persen pemilih PDI Perjuangan memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Pada pemilu 2024, total split-ticket voting dari pemilih PDI Perjuangan mencapai 31 persen, dan hanya 7,5 persen pada pemilu 2019,” jelas Arya.

Kondisi tersebut terjadi karena dilema pemilih PDI Perjuangan di saat Presiden Jokowi yang juga kader PDI Perjuangan mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Selain itu, split-ticket voting juga terjadi pada partai koalisi Anies-Muhaimin.

“Hampir sepertiga dari pemilih PKB dan NasDem memilih Prabowo-Gibran,” ucap Arya.

Analisis CSIS soal suara Pilpres 2024. Foto: Dok. CSIS
Analisis CSIS soal suara Pilpres 2024. Foto: Dok. CSIS
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memimpin 'Konsolidasi Nasional Partai Gerindra' di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Jumat (15/12/2023). Foto: Dok. Istimewa
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memimpin ‘Konsolidasi Nasional Partai Gerindra’ di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Jumat (15/12/2023). Foto: Dok. Istimewa

Gerindra Solid Pilih Prabowo

Dari sisi loyalitas, angka straight-ticket voting tertinggi berada pada pemilih Gerindra. Survei CSIS menemukan, sebesar 91,6 persen dari pemilih Gerindra memilih Prabowo dan sebesar 68,6 persen dari pemilih PKS memilih Anies Baswedan.

Kondisi serupa juga terjadi terekam dalam survei CSIS pada 15-22 Maret 2019. Survei menemukan 83,5 persen dari pemilih Gerindra dan 71,4 persen dari pemilih PKS mengaku memilih Prabowo-Sandiaga Uno.

Sedangkan ketiga, kemenangan Prabowo juga ditopang oleh persepsi masyarakat yang positif terhadap kinerja pemerintahan dan situasi ekonomi yang dipersepsikan baik karena meningkatnya alokasi anggaran program bantuan sosial.

Jokowi bagi-bagi bansos di Kepulauan Aru, Maluku, 15 September 2022. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi bagi-bagi bansos di Kepulauan Aru, Maluku, 15 September 2022. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden

Sebesar 74 persen responden dalam survei CSIS pada Desember 2023 mengaku puas dengan kinerja pemerintahan dan 86,1 persen percaya pada Presiden. Termasuk 31,6 persen rumah tangga mengaku pernah menerima bantuan sosial.

“Dalam kondisi di mana pemerintah mempunyai power yang kuat serta kecenderungan dukungan politik kepada Prabowo-Gibran tentu akan menyulitkan bagi kandidat lainnya untuk bertarung secara kompetitif,” kata Arya.

CSIS menilai, dalam setiap Pemilu masyarakat menyaksikan kekuasaan naik dan turun. Perubahan-perubahan politik datang begitu cepat, sehingga rakyat tidak punya banyak waktu untuk beradaptasi.

“Demokrasi dengan segala catatannya, masih menjadi pilihan terbaik untuk kita sampai kapan pun dan kita membutuhkan seorang negarawan yang demokrat untuk memimpin lebih dari 270 juta orang di negeri ini,” ucap Arya.

Suasana saat pasangan Capres dan Cawapres berjabat tangan di Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Suasana saat pasangan Capres dan Cawapres berjabat tangan di Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Namun, untuk menghadapi tantangan domestik dan global yang kian berat di tahun ini dan tahun ke depan, rakyat Indonesia membutuhkan kabinet yang kompeten dan berpengalaman, bukan tukang sorak di pinggir lapangan.

“Kita juga butuh partai oposisi, masyarakat sipil dan media massa yang kuat, agar presiden bisa dikontrol, dan agar demokrasi terus bersemai,” tutup dia.