News  

PBB: Mimpi Buruk Bagi Ibu di Gaza, Bayi Yang Dilahirkan Selalu Kecil dan Sakit-sakitan

Pejabat PBB mengungkapkan situasi kemanusiaan di Gaza adalah “mimpi buruk” bagi para ibu dan bayi. Para dokter melaporkan, bayi yang baru lahir di Gaza dalam kondisi kecil dan sakit-sakitan.

Banyak juga bayi lahir dalam kondisi meninggal dunia, dan para calon ibu terpaksa menjalani operasi caesar tanpa anestesi yang memadai.

“Saya takut akan meninggalkan Gaza minggu ini karena 1 juta wanita dan perempuan di Gaza…. utamanya 180 wanita yang melahirkan setiap hari,” kata perwakilan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) untuk Palestina, Dominic Allen, dalam video konferensi pers dari Yerusalem, Sabtu (16/3), dikutip dari AFP.

“Para dokter melaporkan bahwa mereka tidak lagi melihat bayi berukuran normal,” kata Allen usai mengunjungi rumah sakit yang masih menyediakan layanan bersalin di utara Gaza, di mana kebutuhannya sangat besar.

“Yang mereka lihat, tragisnya, adalah lebih banyak bayi yang lahir mati… dan lebih banyak kematian neonatal, yang sebagian disebabkan oleh kekurangan gizi, dehidrasi, dan komplikasi,” lanjutnya.

Jumlah persalinan yang rumit ini kira-kira 2 kali lipat dibandingkan sebelum perang dengan Israel dimulai. Para ibu mengalami stres, ketakutan, kurang makan dan kelelahan, dan para pengasuh sering kali kekurangan barang kebutuhan yang diperlukan.

Allen juga menyebut, pihaknya mendapat laporan mengenai ketersediaan anestesi yang tidak mencukupi untuk operasi caesar.

“Para ibu itu harus menggendong bayi mereka,” katanya. “Anak-anak itu tidak boleh dibungkus dalam kantong mayat”.
Israel menyebut PBB seharusnya mengirim lebih banyak bantuan ke wilayah yang terdampak perang. Israel juga menolak laporan PBB dan para LSM bahwa inspeksi Israel yang rumit menghalangi masuknya makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Allen menyebut, otoritas Israel menolak mengizinkan beberapa pengiriman pasokan UNFPA seperti peralatan untuk bidan atau telah menghilangkan peralatan seperti senter dan panel surya.

“Ini adalah mimpi buruk yang lebih dari sekadar krisis kemanusiaan,” katanya.

“Ini adalah krisis kemanusiaan…. melebihi bencana besar,” lanjutnya.
Allen mengaku apa yang dilihatnya di Gaza telah menghancurkan hatinya. Bahkan, setiap orang yang dia temui atau diajak bicara, ia temukan dalam kondisi kurus, lapar, dan kelelahan karena berjuang bertahan hidup.

Di satu pos pemeriksaan militer, Allen melihat anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun berjalan dengan tangan terangkat tinggi, terlihat sangat ketakutan, bersama kakak perempuannya mengikuti di belakang sambil memegang bendera putih.(Sumber)