Dosen di Surabaya Protes Film ‘Kiblat’: Bisa Menyesatkan Umat Islam

Film horor merupakan genre favorit pecinta film Indonesia. Namun beberapa hari ini ramai soal kritikan film horor karena dianggap mengeksploitasi Islam. Salah satunya rencana penayangan film ‘Kiblat’ yang diproduksi oleh Leo Pictures.

‘Kiblat’ merupakan film yang menggabungkan unsur horor dengan tema-tema Islam. Namun gambar poster film tersebut tidak menggambarkan apa sebenarnya arti Kiblat dalam Islam, malah terkesan menyeramkan.

M. Febriyanto Firman Wijaya Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya mengatakan beberapa alasan mengapa ada kekhawatiran bahwa film-film horor seperti Kiblat dapat menyesatkan umat Islam adalah sebagai berikut:

Pertama, kesalahpahaman tentang Islam. Film-film horor sering kali menampilkan gambaran yang tidak akurat tentang Islam dan ajarannya. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan misinterpretasi, terutama bagi penonton yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam.

Kedua, eksploitasi simbol Islam. Penggunaan ayat Al-Quran dan ritual keagamaan dalam film horor dapat dianggap sebagai bentuk eksploitasi. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak hormat dan menodai kesucian agama.

Ketiga, memperkuat stereotipe negatif. Film-film horor dengan unsur Islam kerap memperkuat stereotipe negatif tentang Islam, seperti mengasosiasikan Islam dengan kekerasan, tahayul, dan ilmu hitam.

“Hal ini dapat berkontribusi terhadap Islamofobia dan prasangka terhadap umat Islam,” tukas Riyan, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Selasa (26/3).

Keempat, dampak psikologis. Film horor terutama yang bertema religi, dapat memberikan dampak psikologis yang negatif bagi penontonnya, khususnya anak-anak dan remaja. Seseorang akan mengalami mimpi buruk, kecemasan, dan ketakutan, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.

Kelima, mencari sensasi. Yang dikhawatirkan film-film seperti ini dibuat semata-mata untuk mencari sensasi dan keuntungan komersial, tanpa memperhatikan dampak negatifnya terhadap umat Islam.

Riyan lantas membeberkan beberapa solusi edukasi. Menurutnya, diperlukan pembuatan film-film edukasi yang menjelaskan Islam secara akurat dan komprehensif untuk melawan kesalahpahaman dan misinterpretasi serta tidak hanya berdasarkan trending dan mengejar jam tayang.

Selanjutnya, klasifikasi film. Menurut Riyan penting untuk menerapkan klasifikasi film yang ketat untuk memastikan bahwa film-film horor bernuansa Islam tidak ditonton oleh anak-anak dan orang yang mudah terpengaruh.

Selain itu, kritik yang konstruktif. Umat Islam perlu memberikan kritik yang konstruktif terhadap film-film horor tersebut agar para pembuat film dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kualitas film mereka.

“Penting bagi orang tua untuk mengedukasi anak-anak mereka tentang Islam dan membimbing mereka dalam memilih film yang tepat untuk ditonton,” tandasnya.

(Sumber)