Tekno  

6 Raksasa Teknologi Diramal Bakal Tumbang, Dari Apple Hingga Microsoft

Pertumbuhan laba 6 raksasa teknologi diramal bakal tumbang dalam beberapa kuartal ke depan.
Pertumbuhan laba per saham (EPS) untuk raksasa teknologi ‘Top 6’ yang terdiri dari Apple, Amazon, Alphabet, Meta, Microsoft, dan Nvidia (NVDA.O), diproyeksikan turun menjadi 15,5% pada kuartal pertama 2025, dari perkiraan 42,2% untuk periode yang sama tahun ini.

Hal tersebut diungkap oleh Jonathan Golub, ahli strategi UBS Global Research. Ia juga mencoba menurunkan peringkat perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar tersebut.

“Penurunan peringkat Top yang kami lakukan, dari ‘Overweight’ menjadi ‘Netral’, tidak didasarkan pada valuasi yang diperpanjang, atau keraguan terhadap kecerdasan buatan,” kata Golub, dikutip dari Reuters, Selasa (23/4/2024).

Pecat Karyawan Gegara Demo Israel, CEO Google Akhirnya Buka Suara
“Sebaliknya, hal ini merupakan pengakuan terhadap persaingan yang sulit dan kekuatan siklus yang membebani saham-saham ini,” ujarnya menjelaskan.

Kendati demikian, saham-saham perusahaan teknologi lainnya di luar ‘Top 6’ diramal akan berkinerja lebih baik. Kenaikan EPS-nya ditargetkan hampir 26% pada kuartal pertama 2025, dari 11,1% yang diproyeksikan untuk periode yang sama tahun ini.

Perusahaan-perusahaan Top 6 yang dianggap sebagai pemimpin sektor teknologi dan kinerja S&P 500, akan melaporkan hasil kuartalannya dalam dua minggu ke depan.

Meningkatnya imbal hasil obligasi, data ekonomi AS baru-baru ini yang lebih tinggi dari perkiraan, dan ketidakpastian seputar prospek penurunan suku bunga Federal Reserve juga membebani saham-saham dengan valuasi tinggi.

Momentum pendapatan 6 perusahaan ini telah mengalami empat gelombang siklus yang berbeda. Dimulai saat pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan konsumen terhadap komputer pribadi (PC), belanja online, dan media sosial.

Kemudian, setelah pandemi mereda dan perekonomian dibuka kembali, laba menurun karena berkurangnya permintaan terhadap produk teknologi, sehingga mendorong kontraksi pertumbuhan EPS pada 2022.

Lalu pada 2023, peningkatan laba disebabkan oleh perbandingan yang lebih mudah dan pengurangan biaya operasional perusahaan.

“Pendapatan diproyeksikan akan kembali normal dengan cepat di sektor teknologi mega-cap, menyusul penurunan tajam dalam pertumbuhan laba dari 4Q23-3Q24,” kata Golub.

Perusahaan-perusahaan tersebut saat ini melakukan perdagangan pada kisaran 21.6-39 kali rasio harga terhadap pendapatan (PE) 12 bulan ke depan, sedangkan indeks acuan S&P 500 membuka perdagangan baru sekitar 25 kali.

(Sumber)