News  

Pemerintah Luncurkan RSP-PU, Dokter Yang Ingin Jadi Spesialis Tak Perlu Bayar

Presiden Jokowi meresmikan peluncuran Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU) Senin pagi ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, peluncuran RSP-PU ini diharapkan jadi jawaban dari masalah utama Indonesia di bidang kesehatan, yaitu kurangnya dokter spesialis.

“Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan membuat kebijakan, kita melakukan rencana 15 tahun ke depan dengan bantuan IHME, itu Institute of Health Metric Evaluations yang ada di Seattle yang menghitung burden or disease di seluruh dunia yang membantu pemerintah UEA dan Singapura untuk menghitung kebutuhan dokter spesialis di level kabupaten/kota berdasarkan pola demografis dan pola epidemiologis,” kata Budi di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, Senin (6/5).

Budi mengatakan, Indonesia hanya bisa menghasilkan 2.700 dokter spesialis setiap tahunnya. Berbeda dengan Inggris yang setiap tahun dapat menghasilkan 12 ribu dokter.

Dengan adanya RSP-PU, maka dokter yang ingin mengambil spesialisasi tidak perlu terganjal biaya kuliah yang mahal.
“Jadi pendidikan dokter spesialis ini sama seperti pendidikan dokter spesialis dunia tidak usah bayar uang kuliah, tidak usah bayar uang pangkal. Mereka akan menjadi tenaga kontrak dari rumah sakit sehingga mereka mendapatkan benefit yang normal seperti tenaga kerja lainnya.

Mereka akan mendapat perlindungan kesehatan, perlindungan hukum, jam kerja yang wajar dan statusnya bukan status di bawah, bukan status pesuruh, bukan status pembantu, bukan status sebagai keset tapi mereka memang statusnya sama,” ungkapnya.

Dengan hadirnya RSP-PU, Budi Gunadi berharap jumlah dokter spesialis bisa bertambah lebih banyak. Sebab dari tadinya hanya ada 24 fakultas kedokteran yang memfasilitasi pendidikan spesialis, kini ditambah dengan 420 rumah sakit pendidikan (RSP) di seluruh Indonesia.

Presiden Joko Widodo dalam Peluncuran Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan
“Mengenai kualitas, yang pertama adalah kita melibatkan seluruh kolegium Indonesia untuk membuat kurikulumnya.

Kita tambah dengan mengundang expert-expert asing. Dia bantu kumpulkan teman-teman di luar negeri untuk membantu memperkaya kurikulum yang kita bikin sehingga bukan hanya versi Indonesia tapi juga versi internasional supaya kita bisa menjangkau ilmu-ilmu baru yang ada di luar negeri dan dimasukkan ke kurikulum pendidikan dokter-dokter spesialis ini,” tuturnya.

Tak hanya itu, Budi Gunadi mengungkapkan Kemenkes menggandeng Acreditation Sertification Body for Graduate Medical Education yang berbasis di Amerika Serikat untuk memastikan standar RSP di Indonesia sama dengan AS.

“Sehingga lulusan dari pendidikan dokter spesialis di rumah sakit-rumah sakit kita akan memiliki standar yang sama dengan standar lulusan John Hopkins, Mayo Clinic karena kita pakai mereka untuk menentukan standarnya,” pungkasnya.

(Sumber)