Wisata  

Candi Sari di Sleman, Tempat Para Biarawan Belajar Agama Budha

Jika Kawan GNFI sedang berada di sekitar Yogyakarta, Kawan GNFI dapat mengunjungi Candi Sari. Candi Sari adalah salah satu candi Buddha yang terletak di Sleman.

Kawan GNFI hanya perlu menempuh perjalanan 30 menit menggunakan mobil dari tengah kota Yogyakarta untuk sampai di Candi Sari. Jarak dari pusat kota Yogyakarta ke Candi Sari sejauh 15 km.

Candi Sari buka dari pukul 9 pagi waktu setempat hingga tutup pada pukul 5 pagi. Wisatawan lokal cukup membayar Rp5 ribu, sedangkan wisatawan asing dikenakan biaya Rp10 ribu.

Tempat parkit mobil dan motor tersedia di dekat pintu masuk sehingga pengunjung tidak perlu berjalan jauh dari tempat parkir. Candi Sari terletak di sekitar rumah warga dan berukuran tidak sebesar Candi Borobudur atau Prambanan.

Candi Sari | Tania Simatupang

Sejarah

Candi Sari | Tania Simatupang

Awalnya, Candi Sari kurang mendapat perhatian pemerintah. Ketika pertama kali Candi Sari ditemukan, kondisinya terbilang rusak. Untungnya, pada tahun 1979, Candi Sari mulai diteliti kembali dan bangunannya dipugar perlahan-lahan.

Restorasi Candi Sari dipimpin oleh arkeolog asal Belanda bernama A.J. Bernet Kempers. Setelah pemugaran, ternyata puing-puing Candi Sari belum lengkap sehingga puing-puing candi yang hilang diganti oleh batu polos

Candi Sari dibangun pada abad ke 8 di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno yang saat itu dipimpin oleh Rakai Pikatan Panangkaran. Candi Sari berhubungan erat dengan Candi Kalasan.

Waktu itu, Candi Kalasan dibangun untuk tempat beribadah dan Candi Sari digunakan sebagai asrama dan tempat biarawan belajar agama Buddha. Fungsinya sebagai asrama dan tempat belajar terlihat dari bangunan candi yang kokoh dan tinggi.

Bahkan hingga sekarang, bangunan Candi Sari masih berdiri gagah. Jika diperhatikan dari luar, Candi Sari seperti memiliki beberapa tingkat dalam satu bangunan.

Penulis mendapat kesempatan berdiskusi dengan pengurus Candi Sari. Katanya, salah satu lantai di Candi Sari merupakan perpustakaan. Hal ini selaras dengan fungsi Candi Sari untuk tempat belajar.

Walau masih berdiri kokoh, pengunjung tidak disarankan untuk masuk ke dalam bangunan, terlebih lagi naik ke lantai atas. Hal ini berguna untuk menghindari adanya runtuhan bangunan.

Terdapat empat tipe relief di Candi Sari, yaitu Bodhisatwa, suluran, kumuda, dan kinara kinari. Dalam agama Buddha, Bodhisatwa dipercaya sebagai makhluk tercerahkan yang menunda masuk surga demi membantu orang lain mendapat pencerahan.

Terdapat 36 relief Bodhisatwa di Candi Sari. Pahatan patung Bodhisatwa menunjukkan saat Bodhisatwa sedang menari. Ada juga pahatan patung Bodhisatwa yang sedang dihinggapi lima ular di kepalanya. Selain itu, terdapat juga relief Kwan Yin. Kwan Yin adalah Bodhisatwa yang paling dicintai dalam agama Buddha.

Candi Sari | Tania Simatupang

Relief selanjutnya adalah Suluran. Suluran merupakan motif tanaman yang seolah-olah merambat membentuk pola gulungan berulang yang bergantian arah. Motif Suluran diukir di bagian atas tiap sisi Candi Sari. Motif ini juga sering ditemukan pada candi lainnya.

Relief Kumuda juga ditemukan di pahatan Candi Sari. Motif Kumuda menggambarkan motif tumbuhan dengan bentuk kuncup bunga teratai yang terbuka. Relief ini dipercaya menggambarkan simbol sakral, kesucian, atau kemurnian.

Relief terakhir adalah Kinara-Kinari Relief ini menggambarkan makhluk berkepala manusia, tetapi berbadan burung. Pahatan Kinara-Kinari mempercantik Candi Sari. Relief ini dipercaya menggambarkan makhluk surgawi yang melambangkan kesetiaan.

Candi Sari semakin dikenal oleh wisatawan lokal maupun asing. Penjaga Candi Sari mengatakan bahwa beberapa waktu lalu ada wisatawan mancanegara yang sangat tertarik dengan sejarah hingga berkunjung ke Candi Sari untuk memperdalam penelitiannya mengenai keterkaitan candi-candi di Indonesia.

Kawan GNFI jangan mau kalah dengan turis mancanegara, ya! Jika ada kesempatan, mari berkunjung ke Candi Sari.