Ahmad Labib Sebut Indonesia Subur Tapi Petaninya Melarat: Lindungi Komoditas Strategis Kita!

Sebagai negeri yang subur, sayangnya rakyat Indonesia masih banyak yang tak sejahtera. Khususnya petani, nelayan atau peternak sapi perah yang dua pekan lalu membuang berton-ton susu.

Gara-garanya, mereka kesal karena susunya tak terserap industri pengolahan susu (IPS). Fenomena itu, membuat politikus Partai Golkar, Ahmad Labib.

Anggota Komisi VI DPR ini, menyoroti kontribusi ekspor sektor pertanian yang masih rendah. Angkanya hanya 2,8 persen dari total ekspor nasional.

“Padahal mayoritas penduduk kita ini petani dan peternak. Kita ada produk-produk pertanian yang khas yang mestinya itu keunggulan ekspor kita. Nah yang (punya) ciri khas itu perlu dikuatkan agar menjadi keunggulan ekspor kita,” tegas Labib di Jakarta, Kamis (21/11/2024).

Ia menyatakan, produk pertanian Indonesia perlu diperkuat agar dapat bersaing dengan produk pertanian luar negeri.

Seperti dahulu, Indonesia pernah menjadi penguasa rempah-rempah dunia, kini situasinya berbalik. Ke depan, dia berharap sektor pertanian dapat kembali menjadi prioritas pemerintah. Tentunya dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan hasil pertanian yang memiliki kekhasan.

“Kita tidak perlu bersaing dengan produk-produk pertanian luar negeri, yang memang kita tidak mampu produksi. Tapi yang memang mampu kita produksi dan kita bisa swasembada, bahkan bisa ekspor itu yang perlu kita dorong dan kita punya kekhasan itu,” ujarnya.

Selain itu, Labib juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap komoditas pertanian strategis Indonesia, seperti tembakau, beras, dan kelapa sawit. Menurutnya, perlindungan terhadap komoditas-komoditas ini sangat penting, mengingat dampaknya terhadap perekonomian nasional bahkan pola konsumsi masyarakat.

“Saya tahu persis kemampuan orang-orang di balik pasar ini, invisible hand ini dalam mendesain pola makan kita, sepuluh tahun yang lalu kita mungkin masih makan daging sapi daging tertentu kita enggak doyan, enggak bisa makan. Tapi kemampuan pasar kita untuk mendesain itu dan menjadi selera kita,” tuturnya.

“Itu ada dan jangan sampai karena kemampuan yang luar biasa ini, kita tidak proteksi akhirnya suatu saat makanan-makan pokok yang kita makan ini berubah, karena pasar. Tolong dimaknai ini. Jadi tolong lindungi betul komoditi strategis kita,” tandasnya.(Sumber)