Wisata  

Sade Lombok, Desa Arat Suku Sasak Yang Unik dan Sarat Tradisi

Terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Desa Sade merupakan sebuah desa adat yang menjadi saksi bisu kehidupan masyarakat Suku Sasak selama lebih dari 1.500 tahun.

Keunikan adat istiadat yang masih dijunjung tinggi hingga saat ini, ditambah dengan keindahan alam pedesaan dan rumah-rumah tradisionalnya, menjadikan Desa Sade sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang tidak boleh dilewatkan.

Hanya berjarak 15 sampai 25 menit dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, desa ini menawarkan pengalaman menyelami budaya yang autentik, mulai dari tradisi unik hingga aktivitas keseharian warganya yang masih mempertahankan kearifan lokal.

Berikut keunikan dan tradisi yang ada di Desa Sade Lombok:

Keunikan dan Tradisi di Desa Sade

1. Rumah Tradisional Unik dan Tahan Gempa

 

Desa Sade terdiri dari sekitar 150 rumah tradisional dengan atap dari ilalang dan lantai yang dilumuri kotoran kerbau atau sapi untuk menjaga kebersihannya.

Rumah-rumah ini juga dikenal tahan gempa, mengingat Lombok sering dilanda gempa bumi.

“Rumah-rumah di sini menggunakan material alami, yang selain menjaga suhu tetap sejuk, juga mampu bertahan dari guncangan gempa,” ujar Erwin, salah satu warga setempat yang dikutip dari Indonesia.go.id.

2. Tradisi Kawin Culik yang Tetap Dipertahankan

Dilansir dari laman Indonesia.Travel, salah satu tradisi unik yang masih dipertahankan di Desa Sade adalah tradisi kawin culik.

Dalam tradisi ini, pemuda Suku Sasak yang ingin menikah harus menculik wanita pujaannya dan membawanya ke rumah kerabat pada malam hari sebelum pernikahan direncanakan.

Biaya mahar untuk menikahi gadis setempat juga lebih terjangkau dibandingkan dengan yang berasal dari luar desa.

3. Perempuan Wajib Bisa Menenun Sebelum Menikah

 

Melansir dari laman Indonesia.Travel, di Desa Sade, para gadis diwajibkan untuk bisa menenun sebelum mereka diizinkan menikah.

Keterampilan ini menjadi syarat penting bagi para perempuan muda di sana. Bahkan, ada kepercayaan yang melarang mereka makan sayap ayam, karena dipercaya dapat menghambat keluwesan tangan saat menenun.

4. Atraksi Peresean, Seni Bela Diri untuk Meminta Hujan

 

Selain kekayaan budaya sehari-hari, wisatawan juga dapat menikmati atraksi Peresean, yang merupakan tarian perang tradisional Suku Sasak.
Dilaporkan oleh Kompas.com pada Selasa (1/10/2024), pada atraksi peresean, dua pria akan saling berhadapan dengan rotan sebagai pemukul dan tameng dari kulit kerbau. Meski tampak ganas, atraksi ini tidak bertujuan untuk melukai, melainkan sebagai ritual untuk memohon turunnya hujan saat musim kemarau tiba.
Pohon cinta di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)
di tengah-tengah desa Sade, terdapat sebuah pohon nangka tua yang dijuluki “Pohon Cinta.” Pohon ini menjadi tempat berkumpul bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan.
Selain itu, ada pula menara pandang setinggi 10 meter yang dibuat dari kayu jati, memungkinkan wisatawan melihat seluruh panorama Desa Sade dari ketinggian.