Sosok Permadi, Politisi Gerindra Yang Mau Lengserkan Jokowi Jelang Pelantikan

Nama Permadi kini muncul lagi.

Mantan politisi PDI Perjuangan yang kini bergabung ke Partai Gerindra itu membuat pernyataan kontroversi terkait sederet aksi unjuk rasa yang terjadi belakangan ini.

Anak buah Prabowo Subianto ini mengatakan ingin melengserkan Jokowi jelang pelantikan presiden 20 Oktober 2019.

Padahal Partai Gerindra tak merestui gerakannya.

Lalu siapa Permadi sebenarnya?

Paranormal sekaligus politikus senior Partai Gerindra Permadi (79) menyampaikan agenda untuk melengserkan Jokowi sebelum pelaksanaan pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode tahun 2019 higga 2024.

“Sebelum pelantikan targetnya (menurunkan Jokowi), pokoknya sebelum pelantikan (presiden),” kata anggota Majelis Kehormatan DPP Partai Gerindra, Permadi, Sabtu (28/9/2019).

Pernyataan tersebut disampaikan Permadi usai menggelar pertemuan dengan Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen (Purn) Sunarko hingga Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath di kediaman pribadinya di Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2019).

Pernyataan Permadi ditanggapi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Gerindra Andre Rosiade.

Dibantah Gerindra

Andre Rosiade mengatakan, partainya akan mendukung pelantikan Jokowi dan Maruf Amin yang akan dilaksanakan pada 20 Oktober 2019 mendatang.

“Pak Jokowi adalah presiden terpilih yang sudah ditetapkan KPU dan Insya Allah akan dilantik 20 Oktober 2019, itu harus diterima dan kami dukung pelantikan Pak Jokowi,” ujar Andre Rosiade di Gedung DPR/MPR, Minggu (29/9/2019).

Menurut Andre Rosiade, keinginan Permadi melengserkan Jokowi merupakan pernyataan pribadi dari Permadi dan sama sekali tidak mewakili mesin partai.

“Kalau kita memang tidak setuju, ingin mengkritik ya kritik saja. Presiden tentu sebagai pemimpin berkewajiban untuk mendengarkan masukan, kritik dari rakyat,” kata dia.

“Tapi kalau mau menjatuhkan, saya rasa tidak etis. Bangsa ini butuh pertumbuhan ekonomi, butuh persatuan. Terlalu besar ongkosnya kalau terus menjatuhkan pemerintah di luar Pemilu,” kata dia.

Apalagi, kata dia, Partai Gerindra sudah jelas taat kepada konstitusi sehingga pihaknya akan menghormati pelaksanaan pelantikan Jokowi nanti.

“Gerindra, Pak Prabowo, kami semua meskipun pahit sudah menerima hasil pemilu. Kami partai taat azas, taat konstitusi. Kami menghormati kemenangan Pak Jokowi meskipun merasakan ada kecurangan, tapi sudah menang, ditetapkan itu harus kita hormati,” kata dia.

Siapa Permadi?

Dikutip dari Wikipedia.org, KRT Permadi Satrio Wiwoho atau biasa dikenal dengan nama Permadi, SH lahir di Semarang, Jawa Tengah, 14 Mei 1940.

Namun ada sumber lain yang menuliskan kelahiran tanggal 16 Mei 1940.

Sosok Permadi sangat menyukai warna hitam.

Hal itu terlihat dari setiap pakaian yang dikenakannya.

Ia selalu memakai tas kecil yang selalu diapit tangan dan yang paling unik dia selalu memakai taksi untuk kegiatan di luar gedung DPR.

Permadi menceritakan, alasan kecintaannya menggunakan pakaian hitam berawal dari kebiasaan yang diterapkan oleh Poernomo (ayah Permadi) sejak kecil.

Dalam keyakinannya, hitam memiliki makna tersendiri: Warna hitam melambangkan ilmu jawa yang paling tinggi atau dikenal dengan Sangkan Paraning Dumadi. Kedua, warna hitam adalah warna yang paling konsekuen.

“Anda pakai baju warna-warni, bayangan tetap hitam. Anda pakai pakaian warna kuning, tetap warna bayangan hitam. Artinya, apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan, apa yang dirasakan, apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat harus sama dan konsekuen” ujar mantan wartawan ini.

Lika-liku dalam kehidupan manusia sangat beragam, masa sulitpun pernah dirasakan Permadi.

Dia mengaku tidak menyangka dirinya bisa menjadi wakil rakyat dan merasakan keagungan gedung dewan yang terhormat.

Dia menuturkan, saat mulai merintis karier, segala macam pekerjaan pernah dilakoni.

Mulai menjadi kondektur, sopir taksi gelap, hingga menjadi pekerja lepas yang tidak mempunyai pendapatan tetap. Itu terjadi antara 1967-1969.

“Dalam hidup, saya tidak pernah ngoyo. Istilah jawanya, ngeli ning aja keli. Jadi, mengalir seperti air saja. Bahkan, saya juga menerapkan prinsip hidup seperti yang diterapkan Eyang Sosrokartono yang merupakan kakak dari RA Kartini, yaitu ngelampah tanpa bolo, sugih tanpa bandho dan menang tanpa ngasorake, dengan prinsip itu hidup akan semakin enak” kata pengagum tokoh Soekarno ini.

Karena kecintaannya terhadap tokoh proklamasi nan kharismatik itu, dirinya pernah diberhentikan dari pekerjaannya. Kekagumannya terhadap sosok ketokohan dari mantan presiden pertama ini sudah dimulai sejak usia lima tahun.

“Saya tidak dekat secara fisik, tetapi dengan batin ia sangat dekat dan itu tidak bisa saya ungkapkan. Ada pengalaman unik mengenai Bung Karno, saat itu, saya bekerja pada lembaga pariwisata RI. Namun, akhirnya saya diberhentikan gara-gara dicap “Soekarnois”. Bahkan, ditempat lain juga sama ditolak, tapi ya saya terima saja” ujar kolektor puluhan keris ini.

Pria yang dikenal sangat vokal ini mengaku, siap membantu siapapun dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun, dia berpesan jangan sekali-sekali memberikan imbalan. Sebab, bagi Permadi, ini merupakan bentuk konsistensi dirinya terhadap masyarakat.

“Konsistensi ini saya pegang teguh, dengan catatan saya tidak menerima sogokan atau amplop. Bahkan, kalau ada kasus seperti itu, pasti akan saya bongkar,” kata pria yang enggan disebut sebagai paranormal ini.Permadi merasa beruntung bisa menikah dengan Dewi Noerjanti.

Pasalnya, saat menikah dengan Dewi, dirinya tidak mempunyai pekerjaan tetap dan uang.

Ia dan sang istri hidup dalam sebuah keterbatasan, bahkan untuk bertahan hidup ia awalnya hanya mengandalkan gaji sang istri.

Kehangatan cinta pun dirasakan Permadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga Permadi tidak bisa menghilangkan rasa cintanya terhadap istri dan keempat anaknya.

Nama: Permadi, SH

Lahir: Semarang, Indonesia, 14 Mei 1940

Pekerjaan: Paranormal, politikus

Pasangan serumah: Dewi Noerjanti

Anak: Dewi Ayuning Kraton

Dewi Tjiptaning Kraton

Bambang Tarunaning Prang

Bambang Andikaning Prang

Orang tua: Poernomo (ayah), Sriyati (ibu)

Riwayat pendidikan:

SD Semarang (1952)
SMP Semarang (1956)
SMA Semarang (1958)
S1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1965)
Karier:

Pegawai di Lembaga Pariwisata (1966-1967)
Sekretaris Redaksi Suara Pembaruan (1969-1971)
Sekretaris pribadi Hardi, SH (1971-1973)
Lembaga Konsumen Indonesia (1973-2004), Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen (1973-1979), Ketua Yayasan Lembaga Konsumen (1979-1985)
Anggota PDIP (1999)
Anggota DPR RI
Kegiatan lain:

Berorganisasi dalam lebih kurang 20 LSM di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) (1958)
Supir taksi, kondektur bus swasta (1967-1968)
Wartawan freelance (1968-1970)
LSM Bidang Poleksosbud Dan Lingkungan (1973-1999)
Pengurus Yayasan Parapsikologi Indonesia (1982)
Lembaga Parapsikologi semesta (1985–1990)
Gerakan Nasional Anti Narkotika
Berorganisasi dalam lebih kurang 20 LSM di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya
Filmografi
Misteri Hantu Selular (2011).

 

[tribunnews]