Bulan Sya’ban telah memasuki pertengahannya, dan salah satu momen yang sering diperingati oleh sebagian umat Islam adalah malam Nisfu Sya’ban. Nisfu berarti pertengahan atau seperdua, sehingga Nisfu Sya’ban merujuk pada malam tanggal 15 Sya’ban.
Berdsarkan jadwal yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, menetapkan 15 Syaban 1446 H jatuh pada tanggal 14 Februari 2025.
Malam ini dianggap memiliki keutamaan oleh sebagian kalangan, meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait keabsahan hadis-hadis yang menyebutkan keutamaannya.
Ustaz Bachtiar Nasir menerangkan bahwa banyak hadis yang meriwayatkan tentang keistimewaan malam Nisfu Sya’ban. Namun, sebagian ulama mengatakan bahwa tidak ada hadis sahih yang secara tegas menyebutkan keutamaannya.
Sebaliknya, ulama lain berpendapat bahwa banyaknya sanad hadis yang membicarakan malam Nisfu Sya’ban menjadikannya sahih atau setidaknya hasan, sehingga dapat dijadikan sandaran dalam beramal.
Hadis-Hadis yang Membahas Malam Nisfu Sya’ban
Syekh Albani dalam kitab Silsilah al-Shahihah menilai salah satu hadis tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban sebagai hadis sahih. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal RA, di mana Nabi SAW bersabda:
“Pada malam Nisfu Sya’ban, Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya, Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani, Daruquthni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban)
Hadis ini juga diriwayatkan dari beberapa sahabat lainnya, seperti Abu Tsa’labah, Abdullah bin ‘Amru, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar, Auf bin Malik, dan Aisyah.
Namun, ada juga ulama seperti KH Dr. Ahmad Lutfi Fathullah yang menegaskan bahwa hadis tentang amalan salat malam dan puasa khusus di malam Nisfu Sya’ban memiliki derajat dhaif (lemah). Meski demikian, hadis dhaif tetap dapat digunakan untuk fadhail al-a’mal (keutamaan amal), selama tidak dijadikan sebagai dasar kewajiban atau dilebih-lebihkan pahalanya.
Tradisi Peringatan Malam Nisfu Sya’ban di Indonesia
Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) DKI Jakarta, KH Rakhmad Zailani Kiki, menjelaskan bahwa masyarakat Islam Betawi sudah terbiasa mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai kegiatan keagamaan. Tradisi ini diyakini berasal dari ulama atau habaib dari Yaman yang membawa syiar ke Indonesia.
Di Betawi, peringatan Nisfu Sya’ban dianggap sebagai momen penting, seperti halnya peringatan Maulid Nabi dan Isra Mi’raj. Biasanya, acara peringatan Nisfu Sya’ban dilaksanakan di masjid atau mushala setelah shalat Maghrib, dengan susunan acara sebagai berikut:
Kata pengantar oleh seorang ustaz atau kiai setempat mengenai keutamaan malam Nisfu Sya’ban.
Membaca tahlil, sebagai bentuk dzikir dan doa bersama.
Membaca Surah Yasin tiga kali
Bacaan pertama diikuti dengan doa meminta kesehatan dan umur panjang.
Bacaan kedua diiringi doa agar diberi rezeki yang halal dan berlimpah.
Bacaan ketiga disertai doa agar dikuatkan iman dan Islam.
Membacakan doa Nisfu Sya’ban sebagai penutup acara.
Keutamaan malam Nisfu Sya’ban masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Sebagian menganggapnya sebagai malam yang istimewa, sementara yang lain menyatakan bahwa tidak ada hadis sahih yang secara khusus menyebutkan keutamaannya. Namun, tradisi memperingati malam Nisfu Sya’ban tetap berlangsung di berbagai komunitas Muslim, termasuk di Indonesia, dengan berbagai bentuk ibadah dan syiar yang telah menjadi bagian dari budaya Islam di masyarakat.