News  

Setop ‘Ngompol’ di Bulan Ramadhan!

Shaum (puasa) hanya dapat lapar dan haus, kata Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dalam sebuah hadits populer.

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” [HR. Ath Thobroniy]

Tentu kita tidak mau puasa tapi tidak dapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap, padahal dia telah susah payah menahan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari? Salah satunya terlalu banyak ngomongin orang alias ghibah. Ghibah politik. Presiden ngomongin rakyatnya. Rakyatnya ngomongin presidennya.

Tengoklah media sosial. Group WhatsApp atau platform media sosial lainnya. Sibuk “ngompol”. Ngomongin politik. Padahal bulan Ramadhan. Bulan dimana kita ditempa untuk berhenti ngomongin orang lain.

Tujuannya? Tentu saja agar Ramadhan tahun ini kita bisa mencapai derajat taqwa. Jangan sampai hati dan lisan merusak pahala berpuasa. Hati dipenuhi dzikir. Lisan sibuk memuji Allah subhanahu wata’ala. Baca dan mentaddaburi al-Quran. Itu lebih utama daripada “ngompol”.

Sibuk menilai orang lain. Lupa dengan diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah di pelupuk mata tak nampak, semut di seberang lautan nampak. Kesalahan diri sendiri tidak terlihat, tetapi kesalahan orang lain terlihat jelas.

Kenapa tidak berfokus memperbaiki diri. Ibda binafsih. Mulai dari diri sendiri. Ngomongin politik tidak akan beres-beresnya selagi kita belum berikhtiar memperbaiki diri.

Bersama kita memperbaiki iman, ilmu dan amal. Berfokus menjadi diri yang lebih baik. Sebab, pemimpin itu cermin rakyatnya. Setiap perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Bila penguasa mereka tukang tipu, rakyatnya juga penipu.

Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [QS. ar-Ra’du : 11]

Saatnya kita introspeksi diri, tidak perlu kita terlalu menyibukkan diri dengan rezim yang berkuasa. Semuanya itu bermula dari kesalahan rakyat itu sendiri.

Jika pemimpin korup bahkan terkorup kedua di dunia versi OCCRP, begitulah keadaan rakyatnya. Jika mereka suka “suap”, maka demikian pula keadaan pemimpinnya.

Jika mereka suka akan maksiat, demikianlah yang ada pada pemimpin mereka. Jika setiap rakyat memikirkan hal ini, maka tentu mereka tidak sibuk mengumbar aib penguasa di muka umum.

Mereka malah akan sibuk memikirkan nasib mereka sendiri, merenungkan betapa banyak kesalahan dan dosa yang mereka perbuat.

“…Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” [QS. al-Baqarah: 110]

Bandung, 2 Ramadhan 1446/2 Maret 2025
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis