Kratom, Tanaman Asal Kalimantan Yang Punya Efek Mirip Morfin

Polresta Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menyita 12 ton daun kratom yang akan dikirim ke luar negeri. Dikenal sebagai tanaman obat, namun disebut-sebut memiliki efek mirip morfin dan punya risiko kecanduan.

US Food and Drug Administration (FDA) dalam situsnya menyebut pohon kratom atau Mitragyna speciosa merupakan tanaman yang tumbuh alami di Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Papua Nugini.

Tanaman ini jadi perhatian karena mempengaruhi reseptor otak seperti morfin dan tampaknya memiliki risiko adiksi atau kecanduan, penyalahgunaan, dan ketergantungan.

Pemakaian
Ada banyak variasi penggunaan daun kratom. Ada yang mengonsumsinya dengan cara dikunyah begitu saja, ada juga yang mengeringkan dan menyeduhnya seperti minuman teh. Tidak sedikit pula yang menjual khratom kering dalam bentuk serbuk maupun kapsul.

Efek di otak
Dikutip dari drugabuse.gov, efek kratom menyerupai opioid dan stimulansia. Setidaknya ada dua kandungan aktif daun kratom, yakni mitragynine dan 7-α-hydroxymitragynine. Keduanya memberi efek menenangkan, menyenangkan, dan meredakan nyeri, terutama bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Dalam jumlah sedikit, konsumsi kratom disebut memberikan manfaat seperti peningkatan energi dan justru tidak menenangkan. Meski memiliki khasiat tertentu, ada beberapa efek samping yang perlu diperhitungkan:
– mual
– gatal
– berkeringat
– mulut kering
– konstipasi atau sembelit
– beser atau sering kencing
– hilang nafsu makan
– kejang
– halusinasi.

Keamanan
FDA tidak menyetujui penggunaan daun kratom dengan pertimbangan soal keamanan. Butuh lebih banyak riset untuk memastikan apakah herba ini aman maupun punya manfaat kesehatan. Sejauh ini FDA mencatat sejumlah kematian terkait pemakaian kratom, meski banyak di antaranya mengonsumsi kratom bersamaan dengan obat lain. [detik]