News  

Korupsi Melejit, Nepotisme Menggurita: Potret Kelam Dinasti Kekuasaan di Era Jokowi

Ilustrasi korupsi dan nepotisme di era Jokowi (IST)

Pemerhati Politik dan Kebangsaan, Rizal Fadillah, kembali melontarkan kritik tajam terhadap kondisi pemerintahan saat ini. Ia menyoroti melonjaknya angka korupsi yang dinilai telah melampaui akal sehat dan masuk ke dalam skala “quadriliun” rupiah.

“Jangan ditanya soal korupsi dengan besaran yang semakin spektakuler. Terakhir terkuak Pertamina jebol 968,5 triliun, PT Timah 300 triliun, dan triliunan lainnya dari berbagai program dan perusahaan. Triliun sudah lewat, apalagi miliar yang kini dianggap recehan,” tegas Rizal kepada Radar Aktual, Ahad (6/4/2025)

Menurutnya, korupsi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo bukan sekadar kejahatan ekonomi, melainkan juga bagian dari sistem kekuasaan yang kolutif. “Hampir dipastikan korupsi itu bergandengan tangan dengan kolusi. Di mana ada penguasa, di sana ada pengusaha. Rezim ini sadis,” ujar Rizal.

Tak hanya soal korupsi, Rizal juga menyoroti praktik nepotisme yang menurutnya semakin vulgar dan dilegalkan. Pelantikan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden disebut sebagai puncak dari upaya sistematis mempertahankan kekuasaan di lingkaran keluarga Jokowi.

“Pelantikan Gibran adalah monumen sekaligus bukti nyata nepotisme. Ada Anwar Usman, Bobby Nasution, Kaesang Pangarep, Iriana, bahkan Bagaskara. Semua saling menopang dalam satu jaringan kekuasaan keluarga,” tambahnya.

Ia menyebut bahwa praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) saat ini sudah menjadi wajah sehari-hari dari penghuni istana, yang kini bahkan ikut mengelola negara dari rumah di Jalan Kutai Utara, Surakarta, yang kerap dijadikan destinasi wisata politik.

“Pejabat lain pun ikut terinspirasi. Kini bawa anak, istri, bahkan menantu untuk masuk ke dalam gelanggang kekuasaan,” tegasnya.

Rizal menilai kondisi ini sebagai ancaman nyata bagi demokrasi dan integritas bangsa. Ia mengajak masyarakat untuk lebih kritis dan tidak larut dalam euforia politik keluarga