News  

Waspada! Indonesia Bisa Kembali Terjerumus Dalam Krisis Ekonomi Seperti Tahun 1998

Tarif impor tinggi, yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyulut gejolak skala besar di pasar keuangan global. Dalam sekejap, banyak bursa saham di dunia, termasuk di Amerika Serikat, berguguran pasca kebijakan tersebut diumumkan pada 2 April 2025.

Sehari pasca pengumuman Trump, di AS, CCMP Index (NASDAQ) mencatatkan pelemahan hingga 11,44%, diikuti SPX Index (S&P 500) 10,53%, dan DJI Index (Dow Jones) yang amblas 9,28%.

Kebijakan tarif impor tinggi yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada 2 April 2025 tidak hanya berdampak pada pasar saham Amerika Serikat, tetapi juga memicu efek domino di seluruh dunia.

Di Asia, bursa saham Tokyo yang diwakili oleh Nikkei 225 mengalami penurunan tajam sebesar 4% pada 3 April 2025, mencatatkan level terendah dalam delapan bulan terakhir.

Sementara itu, di Eropa, indeks STOXX 600 turun 5,2%, dengan saham-saham perusahaan yang bergantung pada ekspor ke AS, seperti produsen otomotif dan barang mewah, menjadi yang paling terpukul. Ketakutan akan perang dagang global yang semakin memanas membuat investor beralih ke aset-aset aman seperti obligasi pemerintah dan yen Jepang, yang mengalami penguatan signifikan terhadap dolar AS.

Dampak dari kebijakan ini juga dirasakan oleh konsumen dan pelaku bisnis di berbagai negara. Di AS, harga barang impor seperti elektronik, pakaian, dan bahan pangan tropis diperkirakan akan melonjak tajam, mengingat tarif sebesar 10% diberlakukan untuk semua impor, dengan tambahan tarif khusus yang lebih tinggi untuk negara-negara seperti China (34%) dan Uni Eropa (20%).

Para ekonom memperingatkan bahwa kenaikan harga ini dapat memicu inflasi yang lebih tinggi di AS, yang pada akhirnya akan mengurangi daya beli masyarakat. Sementara itu, di negara-negara yang terkena tarif, seperti Jepang dan Korea Selatan, perusahaan otomotif dan teknologi menghadapi ancaman penurunan ekspor yang signifikan, yang dapat memicu gelombang PHK dan perlambatan ekonomi lebih lanjut.

Pemimpin dunia pun bereaksi keras terhadap kebijakan Trump ini. Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, mengumumkan langkah balasan dengan tarif sebesar 25% untuk barang-barang AS senilai miliaran dolar, sementara Uni Eropa berencana untuk menyusun “respons yang tepat” guna melindungi industri mereka.

Di sisi lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan persatuan global untuk mencegah perang dagang yang lebih luas, dengan menyatakan bahwa “perang dagang tidak menguntungkan siapa pun.”

Namun, dengan Trump yang bersikeras bahwa tarif ini akan “membangkitkan ekonomi AS” dan “melindungi pekerja Amerika,” ketegangan perdagangan global tampaknya akan terus berlanjut, meninggalkan ketidakpastian besar bagi pasar keuangan dan perekonomian dunia.(Sumber)