News  

Krisis Ekonomi Makin Parah, Bennix: Indonesia Berpotensi Jadi Eksportir Budak Terbesar di Dunia

Praktisi bisnis dan ekonomi Indonesia, Benny Batara alias Bennix membunyikan alarm bahaya terhadap ekonomi Indonesia yang terjepit dalam perang ekonomi global.

Bennix menilai Indonesia tengah terpukul oleh kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mengenakan tarif impor dari Indonesia sebesar 32 persen. Sementara hutang Indonesia Rp700 triliun sudah jatuh tempo dalam waktu dekat.

“Bulan Juni ini Pemerintahan Prabowo harus bayar hutang Rp700 triliun, gue kagak nyalahin Prabowo bukan dia yang bikin hutang. Selama lima tahun kedepan dia harus bayar Rp3.500 hingga Rp3.700 triliun.”

“Itu hutang yang jatuh tempo dalam 5 tahun kedepan,” jelas Bennix dalam dengan Guru Gembul yang disitat dari kanal YouTube @GuruGembulChannel, Minggu (6/4/2025).

Bennix menjelaskan, sumber dana untuk membayar hutang itu sangat tidak memadai. Sebab penghasilan APBN Indonesia masih “cupen” alias defisit bahkan minus.

“APBN penghasilan kita cuma Rp3.000 Triliun. Gimana cara bayar hutang (Rp3.500-3.700 Triliun, red). Ini belum ngomongin kebutuhan dan pengeluaran harian kita, seperti gaji PNS dan sebagainya,” jelas Bennix.

Bennix menyebut semua negara ada siklus ekonomi, antara naik dan turun. Ia memprediksi Indonesia akan mengalami keterpurukan ekonominyang dahsyat dalam dua tahun kedepan.

“Saya prediksi dalam dua tahun kedepan akan makin hancur. Dua tahun lagi paling lama (ekonomi Indonesia akan ambruk, red). PHK di mana-mana,” tegas Bennix.

Lantas, apa yang harus dilakukan pemerintah? Bennix menilai tidak ada banyak pilihan bagi Indonesia untuk selamat dari keterpurukan ekonomi.

Ia pun menyinggung slogan Indoensia Emas dan bonus demografi atau bahasa lugasnya diaebut bonus kelahiran manusia. Bonus demografi inilah yang oleh Bennix dinilai bisa dieksploitasi untuk benefit ekonomi.

“Kita masuk era dimana generasi muda kita lebih banyak dibanding generasi tua. Ini bisa dieksplorasi ekonomi value-nya,” jelas Bennix.

Pakar di bidang saham ini menilai Indonesia bisa meniru gaya Filipina yang meningkatkan kapasitas SDM untuk menyelamatkan keuangan negaranya dengan cara ekspor manusia. (Sumber)