Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN) Tigor Pangaribuan mengungkap rencana pihaknya untuk membuat asuransi kebakaran hingga kecelakaan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ide ini pun dipertanyakan sebab BGN dinilai abai terhadap tantangan nyata dari program MBG, yakni keracunan massal.
Mulanya, Tigor mengatakan BGN tengah berencana untuk menformulasikan anggaran MBG agar bisa mencakup asuransi kebakaran hingga kecelakaan. Anggaran yang ia klaim saat ini besarannya mencapai Rp15 ribu per porsi.
“Sekarang ini BGN sedang mencari formulasi yang tepat, dari budget yang Rp15 ribu itu bagaimana bisa mengcover juga asuransi-asuransi kebakaran, kecelekaan,” kata Tigor kepada wartawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/5/2025).
Tigor menegaskan BGN tetap bertanggungjawab mengobati korban keracunan. Tak tanggung-tanggung, ia pun membeberkan jika Kepala BGN, Dadan Hindayana, rela merogoh kocek pribadinya untuk membantu mengobati para siswa yang keracunan ini.
“Tetap saja BGN membantu biaya pengobatan. Bahkan yang (kasus keracunan) di Cianjur itu Pak Kepala Badan (Dadan Hindayana) sampai juga ikut mengkompensasi biaya dari orang tuanya yang menunggu anaknya di rumah sakit, karena orang tuanya jadi tidak bekerja,” jelasnya.
Pantas saja Kepala BGN merogoh kocek sendiri karena kinerjanya buruk. Buktinya, di sejumlah daerah banyak terjadi keracunan.
Salah satu contohnya adalah Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan pada 13 sekolah bersama dengan puskesmas, serta berkoordinasi dengan rumah sakit (RS) tentang pengambilan sampel dari muntahan pasien yang dirawat inap.
“Korban baru yang terdata hari ini sebanyak 135 orang, sehingga total korban menjadi 171 orang,” kata Sri.
Sejauh ini data tersebut berasal dari 13 sekolah di Kota Bogor. Dinkes Kota Bogor tengah menginvestigasi epidemiologis untuk mencari sumber kejadian, serta berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait dalam upaya penanganan, pengambilan sampel, dan edukasi ke masyarakat.
Sebelum peristiwa di Bogor, setidaknya ada 742 siswa dari Tasikmalaya, Cianjur, Bandung, hingga Karanganyar mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu MBG, dengan gejala mulai dari diare, muntah, hingga demam. Kemudian, sebanyak 121 siswa di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatra Selatan (Sumsel) juga mengalami keracunan massal.(Sumber)