Pernyataan Ketua Biro Kaderisasi dan ideologi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedy Nur Palakka yang menyebut Jokowi sudah penuhi syarat jadi Nabi adalah pernyataan sesat dan menyesatkan. Bahkan statemen yang seperti itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang punya tujuan-tujuan buruk dan jahat baik dalam konteks kehidupan bernegara maupun beragama.
Selain dalam Islam ada keyakinan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Nabi terakhir atau penutup bagi umat manusia, statemen Dedy juga mengandung unsur merendahkan kualifikasi seorang Nabi yang dibandingkan dengan Jokowi.
Bayangkan, betapa mengerikan hingga merobek akal dan nurani menyebut Jokowi setingkat Nabi.
Nabi merupakan manusia yang terjaga lisan dan perbuatannya yang menjadi orang pilihan dan utusan Tuhan. Sedangkan Jokowi adalan manusia pembohong dan licik yang menjadi utusan oligarki dan negara China komunis.
Perkataan yang asal dan super menjilat dari Deddy cenderung membuat orang seperti Dedy mirip politisi dengan sakit jiwa, mabuk dan linglung. Sedangkan orang dengan gangguan jiwa dan mabuk berat yang sesungguhnya sekalipun, tak pernah berpikir apalagi berbicara Jokowi sudah penuhi syarat jadi Nabi.
Pernyataan Dedy tersebut juga merupakan kalimat bersayap dan cek ombak. Komen tak beretika dan tak beradab Dedy itu kemungkinan sekedar membidik sasaran antara yaitu kegaduhan politik, sementara sasaran idealnya membangun opini Jokowi sebagai orang baik dan berprestasi.
Dedy Nur Palakka tidak lebih sebagai buzzer murahan berbaju partai politik, yang berusaha mati-matian memframing Jokowi hebat. Padahal sosok Jokowi terus tergerus opini publiknya sebagai penjahat demokrasi dan pengkhianat konstitusi, pemimpin dzolim serta biang KKN penyebab kerusakan dan kehancuran NKRI.
Dedy asal bunyi dan gambling memoles citra Jokowi yang tengah dihujat dan bersiap menghadapi pengadilan rakyat. Dedy bersama para buzzer dan penjilat Jokowi lainnya termasuk PSI telah menjadi paduan suara yang terus berupaya memanipulasi sosok Jokowi. Seolah-olah polos, lugu dan sederhana, padahal sosok Jokowi yang sebenarnya adalah korup, rakus dan dzolim. Selama berkuasa tangannya banyak berlumuran darah dan korban nyawa rakyat Indonesia.
Semoga saja rakyat tidak marah, emosi dan anarkis dalam menyikapi pernyataan Dedy yang semakin membuktikan manufer politik para buzzer dan penjilat termasuk PSI, sudah biasa menghalalkan segala cara untuk tujuan tertentu, mirip gaya dan gerakannya PKI.
Para pemburu jabatan dan kekuasaan itu memang terbiasa menjadikan kekuasaan sebagai tujuan hidup, sehingga mengabaikan etika, moral dan hukum. Kerap berbicara dan bertindak tanpa adab dan pengetahuan. Lebih dominan sifat kebinatangannya ketimbang kemanusiaan dan Ketuhanannya. Sehingga tak jarang publik menyebutnya sebagai ternak Mulyono (termul).
Jadi ungkapan Dedy Nur Palakka itu justru menegaskan betapa lingkaran dan pendukung Jokowi selama ini memang hanya sekelompok orang-orang yang hipokrit, psikopat, mengenyampingkan akal dan nurani serta tuna Ketuhanan dan kemanusiaan.
Alih-alih mengatakan Jokowi sudah memenuhi syarat sebagai Nabi dan berharap mendapat respon positif publik, Dedy justru semakin terbuka menelanjangi Jokowi sebagai pendosa, penjahat dan pengkhianat rakyat, negara dan bangsa Indonesia.
Jokowi sebagai Nabi, seperti lelucon yang tak lucu bahkan tak manusiawi.
Semua kebohongan, kepalsuan dan kejahatan Jokowi yang melegenda selama ini sunguh-sunguh sangat kontradiktif dengan sifat-sifat Nabi yang penuh kesucian dan keagungan. Mungkin maksud Dedy Nur Palakka yang kader PSI itu, Jokowi tak ubahnya titisan PKI?.
Oleh: Yusuf Blegur, Eks Presidium GMNI
Bekasi Kota Patriot.
16 Dzulhijjah 1446/12 Juni 2025