Pelatih Manchester City, Pep Guardiola Sakit Hati Lihat Kekejaman Pada Anak di Gaza

Manajer Manchester City Pep Guardiola menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Manchester, Senin (9/6/2025). Saat menyampaikan pidato penerimaan gelar itu ia mengungkapkan keprihatinannya tentang perang di Gaza.

Guardiola dianugerahi gelar kehormatan tersebut atas keberhasilannya bersama City memenangkan 18 trofi dalam sembilan tahun di klub tersebut. Termasuk enam gelar Premier League dan satu trofi Liga Champions. Penghargaan juga diberikan atas peran yayasan keluarganya, Yayasan Guardiola Sala, yang berusaha membantu masyarakat kurang beruntung.

Dalam pidatonya ia mengungkapkan rasa sakit hatinya melihat apa yang terjadi di Gaza. “Seluruh tubuh saya sakit,” kata Guardiola dalam cuplikan pidatonya yang dibagikan di media sosial.

“Saya tegaskan, ini bukan tentang ideologi. Ini bukan tentang apakah saya benar atau Anda salah. Ini hanya tentang kecintaan terhadap kehidupan, tentang kepedulian terhadap sesama. Mungkin kita berpikir bahwa kita melihat anak laki-laki dan perempuan berusia empat tahun terbunuh oleh bom atau terbunuh di rumah sakit karena rumah sakit itu bukan lagi rumah sakit. Itu bukan urusan kita.”

Ia melanjutkan, “Kita bisa memikirkannya. Itu bukan urusan kita. Tapi hati-hati. Yang berikutnya akan menjadi urusan kita. Anak-anak berusia empat atau lima tahun berikutnya akan menjadi urusan kita. Maaf, tapi aku melihat anak-anakku, Maria, Marius, dan Valentina. Setiap pagi sejak mimpi buruk itu dimulai, aku melihat bayi-bayi di Gaza, dan aku sangat takut.”

Guardiola tidak pernah takut mengutarakan pandangan politiknya. Ia sering berbicara tentang dukungannya terhadap kemerdekaan pro-Catalan. Pada 2018, ia didenda £20.000 oleh Asosiasi Sepak Bola karena mengenakan pesan politik di pinggir lapangan berupa pita kuning untuk mendukung politisi yang dipenjara di negara asalnya Catalonia, setelah sebelumnya diperingatkan bahwa ia melanggar peraturan.

Tahun sebelumnya, ia bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa di Barcelona yang menuntut kemerdekaan di wilayah tersebut. Ia juga mengakui “sangat prihatin” dengan perang yang terjadi di Sudan dan Ukraina.(Sumber)