Polemik hukum antara Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) dan Presiden Joko Widodo kini makin pelik. Banyak yang menyebut seolah ini “Bareskrim Polri vs TPUA”. Namun, menurut Damai Hari Lubis, Pengamat Kebijakan Umum Hukum dan Politik, itu adalah framing yang keliru dan menyesatkan publik.
“Bareskrim itu aparat negara, TPUA itu rakyat sipil. Bukan dua entitas yang bisa dibandingkan sebagai lawan sepadan,” tegas Damai dalam keterangannya kepada Radar Aktual, Ahad (15/6/2024).
Namun demikian, tak bisa dipungkiri, gejolak besar muncul pasca laporan TPUA ke Bareskrim terkait dugaan ijazah palsu Jokowi. Laporan itu sempat mengguncang opini publik, hingga akhirnya diumumkan oleh Kabareskrim bahwa “ijazah Jokowi identik dengan yang asli”. Pihak TPUA pun dianggap tak berhasil membuktikan tuduhannya secara hukum.
Namun, di balik hasil tersebut, Damai justru menilai proses analisis Bareskrim patut dipertanyakan. “Kontradiktif dengan sistem penyelidikan yang ideal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Damai menjelaskan bahwa perjuangan TPUA bukanlah serangan personal terhadap Jokowi. Ini adalah wujud partisipasi masyarakat yang dijamin konstitusi. Bahkan, laporan TPUA bukan hasil kerja satu orang seperti Eggi Sudjana saja, melainkan kolektif dari sejumlah tokoh, termasuk pakar IT Dr. Roy Suryo dan Dr. Rismon.
Namun, sayangnya, kata Damai, perjuangan mulia TPUA ini justru dikacaukan oleh “oknum banci tampil”, yang ingin mendompleng ketenaran perjuangan TPUA namun dengan cara brutal dan tidak etis.
“Ada yang klaim seolah TPUA di bawah organisasi yang dia buat sendiri. Bahkan mengaku-ngaku sebagai tokoh nasional. Ini jelas tindakan tidak beradab,” tegas Damai.
Damai pun mengutip petuah Umar bin Khattab untuk menyindir situasi ini: “Kemenangan ada pada kekuatan dan persatuan. Bila pecah, maka lawan akan menang.”
Di akhir analisisnya, Damai memberikan kesimpulan mengejutkan:
“Kalau ditanya siapa yang menang, maka jawabannya: Bareskrim akan menang. Tapi bukan karena substansi hukum berpihak pada mereka, melainkan karena kekuatan sistem, fasilitas, dan profesionalisme komando.”
Namun perjuangan belum selesai, lanjut Damai. TPUA dinilai masih punya jalan panjang menembus labirin kebenaran. “Kita belum sampai pada kemenangan materil. Masih banyak babak yang belum dibuka. Ini baru pembukaan sandiwara dunia,” tutupnya