News  

Merawat Martabat Petani: Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Bedah Buku “Peta Jalan Petani Cerdas” yang digelar Jumat pagi (20/6/2025) menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali posisi petani sebagai pilar utama bangsa. Bukan sekadar pembaca, para peserta yang hadir adalah bagian dari gerakan membangun kembali martabat petani—agar berdaulat di negeri sendiri, sejahtera di atas lahannya, dan menjadi muzaki, bukan hanya penerima zakat.

“Negeri ini adalah negeri agraris dan mayoritas muslim. Maka sangat logis jika petani harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri” ujar Nana Sudiana, Direktur Akademizi dalam sambutannya dalam pernyataan kepada Radar Aktual. Baginya, menjadi petani di Indonesia seharusnya tidak identik dengan kemiskinan. “Tongkat dan kayu bisa tumbuh jadi tanaman. Kita negara penuh berkah.”

Namun realitas berkata lain. Lahan-lahan subur kian menyusut, digantikan oleh perumahan dan industri. Anak-anak petani sendiri enggan melanjutkan profesi orang tuanya. Dunia bertani dianggap kuno dan tak menjanjikan.

Kondisi ini menggugah lahirnya inisiatif Smart Farm IZI pada 2019. Program ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan peta jalan yang menyiapkan petani menjadi cerdas, mandiri, dan spiritual—petani yang dekat dengan Allah dan menjadi muzaki, pemberi zakat, bukan hanya penerima.

Presiden Smart Farm Academy Riyadno, menyampaikan dengan semangat, “Zakat dari hasil pertanian itu 5-10 persen. Kita ingin petani bukan hanya produktif, tapi juga bersyukur dan bersedekah.”

Smart Farm Academy kini menjadi kawah candradimuka untuk para petani muda. Salah satu alumninya, Mang Obo, menceritakan kisah penuh makna. “Saya karyawan, punya jabatan leader. Tapi ketika ikut pelatihan Smart Farm tahun 2019, saya pulang dan tidak punya beras. Tapi justru dari situlah saya diberi modal dan mulai menanam harapan baru.”

Program pemberdayaan petani ini dibangun atas tiga pilar:

Enabling – membuka akses dan peluang, dari pasar hingga pembiayaan.

Strengthening – memperkuat kapasitas dan daya saing, melalui teknologi, pengetahuan, dan komunitas.

Protecting – menjaga keberlanjutan usaha tani dari berbagai ancaman, baik cuaca, harga, maupun kebijakan.

Bagi Dewan Pengawas Syariah Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Ustaz Oni Sahroni, pemberdayaan petani juga bagian dari tanggung jawab keagamaan. “Islam sangat menjunjung pertanian. Ini bukan hanya soal hasil panen, tapi juga pahala. Petani menghidupi umat. Pertanian adalah jalan ke surga.”

Visi besar yang ditawarkan adalah menjadikan petani sebagai tuan rumah di negeri sendiri—berdaulat di atas tanahnya, dihormati di masyarakat, dan memiliki nilai spiritual yang tinggi karena mampu berzakat.

Semangat ini bukan utopia. Ia hidup dalam kisah Mang Obo, dalam gerakan Smart Farm, dalam doa para petani, dan dalam strategi pembangunan yang berbasis nilai-nilai keislaman dan keadilan sosial.

“Petani tidak boleh lagi dianggap tidak keren,” kata Nana Sudiana menutup acara. “Petani adalah pemimpin. Mereka bukan hanya menanam padi, tapi menanam masa depan bangsa.”