ETOS: Golkar Miskin Kader Pendobrak

Bambang Soesatyo

Mundurnya Wakorbid Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam bursa pemilihan calon ketua umum (Caketum) Musyawarah Nasional (Munas) partai berlogo pohon beringin itu, dinilai Direktur Etos Indonesia Institute Iskandarsyah menjadi hal yang tidak konsisten.

Padahal, menurut Iskandarsyah, semangat Ketua MPR RI itu semula menggebu-gebu, bahkan sempat mencuat wacana Munas Golkar tandingan melawan kubu Airlangga Hartanto. 

Namun, Bamsoet tiba-tiba saja melempem tidak jadi melaju sebagai Caketum Partai Golkar, mengurungkan niatnya setelah mendapat nasihat dari para seniornya di Partai Golkar.

Iskandarsyah menganggap Bamsoet melangkah mundur, hanya gahar dengan dobrakan di awal. Hal itu membuat ranting beringin tidak lagi memiliki banyak figur yang patut ditonjolkan.

“Mundurnya Bamsoet menjadi Caketum Partai Golkar di Munas ini buat saya sah-sah saja, hanya terlihat lucu. Sepertinya Partai Golkar sudah kehilangan kader-kader pendobraknya,” kata Iskandarsyah, Selasa malam, 3 Desember 2019.

Dia melanjutkan, mundurnya Bamsoet sebagai Caketum Golkar periode 2019-2024, akan berdampak pada Pemilu ke depan.

Sejauh ini, Iskandarsyah menyoroti Golkar sangat minim sosok yang bisa diandalkan bakal menjadi capres-cawapres dalam pesta demokrasi mendatang.

“Ini sangat berpengaruh pada Pemilu di 2024 yang akan datang. Pastinya kita tidak bisa berharap banyak dari partai ini,” ujarnya.

Bamsoet menyatakan mundur dari pencalonannya sebagai Caketum Golkar, usai menggelar pertemuan internal dengan petahana Airlangga Hartarto dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, serta Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie.

Wakil Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar itu mengaku legawa dengan keputusannya mundur dari pencalonan Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar periode 2019-2024.

Hal ini disampaikan Bamsoet usai menggelar pertemuan dengan pesaingnya Airlangga Hartarto dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, serta Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie.

“Berat bagi saya untuk mengambil. Tetapi, demi persatuan dan kesatuan Partai Golkar, saya ambil keputusan pahit ini,” katanya, saat menyampaikan pernyataan kepada wartawan, di Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019.

Bamsoet menyebutkan, setidaknya ada empat faktor yang mendasari keputusannya untuk mundur dari pencalonan ketua umum Partai Golkar.

Pertama, kata dia, mencermati perkembangan situasi Partai Golkar menjelang musyawarah nasional (Munas) yang semakin memanas dan jika dipaksakan berpotensi mengakibatkan perpecahan.

Kedua, kata dia, perlunya situasi politik yang kondusif untuk menjaga situasi nasional dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dari berbagai ancaman global.

“Ketiga, nasihat dari para senior, termasuk Pak Yapto (Ketua Umum Pemuda Pancasila), Pak Pontjo (Ketua Umum FKPPI), dan Pak Bobby (Plt Ketua Umum Soksi),” ujarnya.

Dia melanjutkan, keempat, adanya semangat rekonsilasi yang telah disepakati bersama antara tim Bamsoet dan Airlangga Hartarto, sehingga tercipta suasana teduh dalam Munas.

“Inilah pengorbanan saya untuk menjaga keutuhan kita, dan menjaga komitmen Partai Golkar terhadap negara terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin,” ucapnya. {tagar}