News  

Duh! Ribuan Warga Bekasi Terindikasi Homoseksual

Ilustrasi LGBT

Data Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bekasi menugungkapkan setidaknya ada 4.000 warga Bekasi berperilaku homoseksual.

“Ada 4.000 orang terkena homoseksual di Kabupaten Bekasi,” ujar Komisioner KPAD Bidang Kesehatan dan Narkoba, Mohammad Rozak, Jumat (6/12/2019).

Akibat perilaku hidup bebas sesama jenis tersebut membuat penyakit menular human immunodeficiency virus (HIV) menjadi momok menakutkan di wilayah Kabupaten Bekasi.

“Setelah kami telusuri ada sekitar 4.000 orang, dari jumlah itu diduga sebagian besar warga Kabupaten,” kata Mohammad Rozak, Jumat (6/12/2019).

Mohammad Rozak mengatakan, terungkapnya data orang berperilaku seks menyimpang itu setelah pengungkapan komunitas LGBT di Karawang pada tahun 2018. LGBT adalah lesbian gay biseksual dan transgender.

Setelah dilakukan pendataan, ternyata 4.000 orang yang ada di dalam komunitas itu adalah warga Kabupaten Bekasi. “Dari pengungkapan itu setelah ditelusuri dan didata ada 4.000 orang warga Kabupaten Bekasi yang dinyatakan homseksual,” ucap Rozak.

Rozak menjelaskan, gaya hidup bebas yang membuat terjadinya penyimpangan perilaku seks itu. Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Bekasi tidak bisa tinggal diam atas kasus ini.

“Karena ini kan pemicu banyaknya yang terjangkit HIV/Aids. Apalagi angka terbesar disumbangkan dari perilaku homoseksual,” jelas Rozak.

MUI Minta Pemkab Bekasi Turun Tangan

Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bekasi meminta pemerintah daerah bertindak dalam menangani kasus homoseksual ini. Hal itu dikarenakan perbuatan suka dengan sesama jenis sangat dilarang oleh agama.

“Pemerintah dengan pihak kepolisian untuk segera menindaknya. Jangan sampai dibiarkan dan ini menimbulkan bencana, karena itu dosa besar,” kata Pelaksan Tugas (Plt) Ketua MUI Kabupaten Bekasi, Athoilah Mursyid.

Ia menerangkan pemerintah bersama kepolisian juga bisa melakukan tindakan pendekatan keagamaan. Sebab, faktor utama penyimpangan ini dikarenakan minimnya pendidikan keagamaan.

“Soal keimanan menjadi penentu perilaku seks menyimpang. Mulai pola asuh, teman dan lingkungannya. Apalagi, dilakukannya oleh mereka yang sudah beristri,” ucap dia.

Akan tetapi, kata dia, para orang dengan perilaku menyimpang itu jangan dimusuhi atau hidari. Tapi harus melakukan pendekatan secara persuasif. “Mereka harus mendapatkan konseling atau terapi termasuk penguatan ilmu agama. Langkah ini agar kembali kepada fitrahnya,” tegasnya. {tribun}