News  

Kalahkan Tiga Calon Sarjana, Tukang Gali Kubur Terpilih Jadi Kepala Desa di Blitar

Mujiadi, tukang gali kubur di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Jumat (13/12/2019) lalu dilantik menjadi Kepala Desa Pagerwojo.

Kesuksesannya menjadi kepala desa, pria berusia 50 tahun itu mengaku berkat warga yang ada di empat dusun, Desa Pagerwojo mendaftarkan dirinya ikut pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Blitar.

Mujiadi pun menceritakan, awal pencapaiannya saat ini bukanlah berkat dirinya melakukan kampanye ataupun mengajak warga memilihnya. Tapi, justru warga yang mendorong dan mendaftarkan dirinya menjadi pemimpin di Desa Pagerwojo.

Warga menilai, Muji panggilan panggilan akrabnya selalu terdepan mengurusi jenazah ketika ada orang meninggal. Tanpa diminta tolong keluarga duka dan tanpa bayaran, Muji datang lebih awal ke makam untuk menggali dan menyiapkan lubang untuk pemakaman jenazah warga yang meninggal.

Desa Pagerwojo terdapat empat dusun, lima lokasi titik tempat pemakaman umum (TPU). Di semua titik pemakaman itu, Muji selalu gali kubur membantu keluarga yang berduka, tidak peduli dari warga dusun mana dan tanpa pamrih.

Hal yang sudah dilakoninya hampir 16 tahun itu, Muji mengaku tetap akan menjalani profesinya sebagai gali kubur meski telah terpilih menjadi kepala desa.

“Saya jadi kandidat juga tidak mengeluarkan uang untuk membayar warga. Uang dari mana wong saya hanya tani, dan bantu istri petik kembang turi untuk dijual dipasar. Mungkin yang menjadi pertimbangan warga ketika saya membantunya mengurus pemakaman yang tidak bisa dinilai dengan materi,” ujarnya polos.

Jiwa sosial Muji juga terlihat dari hasil kerjanya di lingkungan. Kondisi jalan desa terutama jalan masuk ke dusunya yang rusak, dicoba untuk diperbaiki menyesuaikan uang yang dia punya.

Dia tidak pernah meminta bantuan, namun warga sekitar akhirnya ikut turun kerja bakti dan mengumpulkan uang untuk membeli material pembangunan jalan demi membantu Muji.

Sepanjang jalan masuk dusunnya dia tanami pohon turi atas ijin warga, jika berbunga dan siap panen wargapun merelakan bunganya dipetik untuk dijual dipasar. Apalagi turi berbunga sepanjang tahun dan tidak mengenal musim.

“Saya perbaiki jalan rusak agar bisa bermanfaat untuk warga lainya. Setiap hari saya lalui apalagi malam hari saat istri saya berangkat ke pasar untuk jual kembang Turi,” ujar Muji diamini sejumlah warga yang ada di ruang tamunya.

Kepedulian pada lingkungan dan jiwa sosial tinggi, yang membawa Muji naik derajat dari penggali kubur menjadi seorang kepala desa. Dia berhasil mendapatkan sebanyak 1284 suara dari sekitar 5.473 daftar pemilih di desanya.

Hebatnya, dia bisa unggul melawan tiga kandidat lain yang bertitel sarjana termasuk petahana. Di mata warga, kejujuran dan jiwa sosial tinggi Mujiadi adalah modal untuk mengantarkannya menjadi orang nomor satu di desanya.

“Kita memang gak nyangka, orang kecil dan hanya petani bisa menang dalam Pilkades. Kami berharap ditangannya desa kami lebih maju lagi,” ujar Sutrisno, warga desa Pagerwojo kepada jatimnet.com.

Warga lain, Dwi Hariadi yang ditemui di lokasi mengaku di luar dugaan Muji menang di pilkades. Apalagi lawan-lawannya di ajang pemilihan adalah orang berpendidikan tinggi.

Mereka juga mahir berpidato maupun berdebat. Bahkan ada yang berkoar memenangi Pilkades karena sudah mengantongi 60 persen suara pemilih. Tapi fakta berkata lain, bahwa materi dan pendidikan tinggi bukan jaminan terpilih.

“Dia bukan kader partai dan tidak pakai uang sama sekali untuk cari dukungan. Namun pemilih tahu pilihan mereka adalah orang yang telah menanamkan jiwa sosial sejak lama. Warga desa semakin cerdas memilih pemimpin sekarang,” pungkas Dwi menilai kemenangan sang penggali kubur ini.