News  

Heboh! Rumah Mewah Dua Lantai di Klaten Berstiker Miskin

Rumah Mewah Berlantai Dua Ini Ditempeli Stiker Miskin Demi Mendapat Tunjangan Kesejahteraan dari Pemerintah

Rumah mewah berlantai dua di Klaten, Jawa Tengah jadi sorotan karena ditempeli stiker keluarga miskin. Pemilik rumah, Erna Musriyatun (36) mengaku sebagai buruh serabutan.

Dari pantauan di lokasi, rumah itu terlihat paling megah dibandingkan tetangga kanan-kirinya. Rumah berlantai dua itu dicat dengan warna hijau dengan hiasan keramik di dinding maupun lantainya. Erna mengatakan rumah itu dia bangun bersama suaminya, Marino (36) dengan cara menabung.

“Yang bangun bapak (Marino) dari hasil klumpuk-klumpuk (menabung). Kami orang kecil,” kata Erna saat ditemui di rumahnya, Dusun Telukan, Desa Wanglu, Trucuk, Klaten, Jumat (20/12/2019).

Dia mengaku pendapatannya sebagai buruh tidak menentu. Namun, dia menyisihkan pendapatannya itu untuk menabung dan membangun secara bertahap sejak 2017 lalu. “Ya namanya buruh. Pendapatan tidak mesti,” katanya.

Erna juga membantah jika pembangunan rumahnya dibantu adiknya yang bekerja di Jepang. “Yang dibangun dari Jepang bukan di sini. Ya di tempat mbahe (eyangnya) sana bukan di sini,” tukasnya.

Erna mengaku masih belum menghuni rumah berlantai dua dan berkeramik itu. Sampai saat ini dia masih menumpang di rumah ibunya.

Dia juga mengaku belum mau mundur sebagai penerima bantuan bantuan pangan non tunai (BPNT) dan tak mempermasalahkan pemasangan stiker keluarga miskin di rumahnya yang bercat hijau itu.

“Belum mundur, sebab belum lama saya menerima dan yang lain sudah banyak sejak lama,” ucapnya.

Ditemui terpisah, Suradi membenarkan tetangganya itu merupakan buruh serabutan. Selain bertani, Erna dan suaminya Marino (36) juga dikenal sebagai pedagang sayur.

“Memang pekerjaannya buruh serabutan. Kalau ada pekerjaan di sawah, ya di sawah, kalau tidak yang buruh lainnya,” jelasnya.

Ironisnya, di Dusun Posakan Timur, Kecamatan Cawas, ada rumah yang belum diplester dan masih beralaskan tanah tidak ditempeli stiker keluarga miskin. Rumah berukuran 4X7 meter itu dihuni Dwi Sularsih dan anaknya.

Tetangga Dwi, Slamet Widodo menyebut rumah tetangganya itu belum terdata sebagai warga miskin. Diduga karena Dwi belum memiliki Kartu Keluarga (KK) sendiri usai pindahan.

“Namun kelihatannya sudah didata dan diajukan beberapa waktu lalu. Hanya mungkin belum selesai,” terang Slamet.

Dihubungi terpisah, Koordinator Kabupaten Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Klaten, Theo Markis mengaku banyak mendapat laporan terkait rumah mewah yang ditempeli stiker miskin. Dia mengatakan temuan itu bakal dibuatkan berita acara untuk verifikasi.

“Jadi temuan yang bagus dapat, tidak bagus tidak dapat, layak dan tidak layak akan dibuatkan berita acara. Berita acara akan dijadikan bahan tindaklanjut untuk dilaporkan ke pusat, termasuk dimasukkan data ke SIKS-NG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation),” beber Theo. {detik}