News  

Agroindustri Minyak Sawit, Lokomotif Industri dan Ekonomi Nasional

Minyak Sawit Sebagai Alternatif
Kebijakan pemerintah dalam memakai bahan bakar minyak (BBM) diesel dari bahan baku CPO sudah tepat. Semoga kedepannya kemandirian energi dari minyak sawit dapat terwujud dan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mendorong pertumbuhan industri hilir dari minyak sawit tersebut.

Secara bahan baku, minyak sawit atau CPO dapat menjadi alternatif bahan baku minyak bumi untuk berbagai macam produk turunannya. Produk yang utama adalah BBM biodiesel yang banyak dipakai oleh industri dan transportasi industri utama. Bahkan CPO dapat dibuat untuk BBM mesin jet pesawat terbang. Dengan ini nilai impor BBM minyak bumi bisa ditekan dan kemandirian energi bisa tercapai.

Selain itu CPO dapat juga menjadi bahan baku industri oleokimia yang beragam produk turunannya. Bahkan ampas limbah proses produksinya masih bisa dijadikan produk kerajinan dan budidaya jamur.

Industri Minyak Sawit Sebagai Industri Strategis Nasional
Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia. Sebagian besar CPO tersebut diekspor ke pasar dunia dengan sumbangan devisa hampir 13% dari total penerimaan ekspor dan merupakan penyumbang devisa terbesar.

Dengan nilai sebesar itu sangat disayangkan hanya produk CPO yang di ekspor ke pasar global. Dengan hilirisasi produk CPO maka nilai ekspor industri sawit diharapkan akan lebih menyumbang lebih besar lagi untuk penerimaan devisa negara.

Strategi hilirisasi industri sawit mempunyai efek turunan yang besar untuk peningkatan ekonomi dan industri nasional.

Banyak yang bisa dikembangkan dengan hilirisasi industri tersebut. Hanya dari pengembangan industri oleokimia saja bisa meningkatkan secara signifikan nilai ekonomi dan investasi di bidang industri, khususnya industri di daerah.

Dengan meningkatnya industri sawit maka dengan sendirinya akan menaikan lapangan pekerjaan terutama di daerah dan pedesaan. Produk turunan selain oleokimia dapat dijalankan oleh usaha kecil dan menengah (UMKM) di daerah dan kawasan perdesaan. Maka tercipta juga pusat – pusat industri baru di daerah.

Dengan tingginya nilai ekonomi dan industri tersebut maka sudah selayaknya kalau industri sawit dari hulu ke hilir harus menjadi industri strategis nasional. Diharapkan juga dengan strategi ini investasi dan ekspansi industri nasional dapat ditingkatkan dan menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Produksi tandan buah segar di perkebunan juga harus ditingkatkan agar tidak perlu merambah lahan baru yang mengakibatkan berkurangnya lahan hutan. Kebijakan untuk menekan pembukaan lahan perkebunan baru dengan merambah hutan harus dihentikan karena berakibat buruk kepada lingkungan hidup dan citra negatif produk sawit kita dimata konsumen internasional.

Dukungan Pemerintah Pusat dan daerah Untuk Pengembangan Industri Minyak Sawit.
Strategi hilirisasi industri sawit ini harus didukung penuh dengan kebijakan pemerintah. Pemerintah perlu membangun sistem klaster kawasan industri untuk pengembangan industri sawit agar lebih fokus dan terintegrasi. Klaster – klaster industri sawit ini dibangun di pedesaan dan tersebar di daerah – daerah sentra produksi perkebunan kelapa sawit agar biaya logistiknya dapat ditekan seminimal mungkin.

Klaster industri sawit ini diharapkan sudah dilengkapi dengan infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Apabila memungkinkan pemerintah pusat dan daerah berkolaborasi melakukan investasi awal di klaster tersebut. Tidak hanya investasi di infrastruktur kawasan tetapi diharapkan juga investasi di fasilitas pengolahan produk – produk setengah jadi. Diharapkan dengan adanya fasilitas tersebut, maka investasi pengolahan produk – produk turunannya dapat cepat terealisasi.

Pemerintah juga harus membantu dengan kebijakan fiskal yang lebih menarik dan keringanan pajak serta insentif tambahan agar investasi dapat ditingkatkan. Baik untuk tingkat proyek besar maupun tingkat UMKM di pedesaan.

Pada masa pemerintahan orde baru periode tahun 1970 -1980an, pemerintah dengan dibantu oleh BUMN membuat kebijakan pembangunan industri minyak bumi dan gas (migas). Pemerintah menjadikan industri migas tersebut proyek vital negara dan harus didukung oleh seluruh lapisan birokrasi dan masyarakat. Apabila kebijakan seperti itu dilaksanakan kembali untuk industri minyak sawit, maka besar kemungkinan industri minyak sawit akan membuat perekonomian nasional kembali berjaya di percaturan global.

Wirendra Tjakrawerdaja, Pengamat Sosial Ekonomi