News  

Lockdown Karena Wabah Corona, Manila Jadi Kota Hantu

Presiden Filipina Rodrigo Duterte belum lama ini memutuskan untuk mengisolasi alias melakukan lockdown pada kota Manila untuk mencegah penyebaran COVID-19. Hal ini membuat kondisi ibu kota Negeri Lumbung Padi tersebut berubah menjadi kota hantu.

Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan Filipina pada Minggu (15/3/2020) mengonfirmasi ada 28 kasus virus Korona baru, sehingga total kasus infeksi di negara itu menjadi 140 orang. Dari jumlah tersebut, sudah ada 11 kematian.

Kembali ke kondisi Manila, mal-mal yang berada di distrik komersial Makati yang mewah dilaporkan tidak ada pembeli yang datang. Sejumlah restoran yang biasanya dijejali pelanggan, kini kosong melompong. Kereta api dan bus yang masih beroperasi pun sepi dari penumpang.

“COVID-19 ini lebih buruk daripada perang. Kita semua terpengaruh. Tapi yang paling parah adalah mata pencaharian kita,” kata pengemudi taksi Bobric Caballo seperti dilansir dari Aljazeera, Senin (16/3/2020).

Pada hari normal, Caballo menuturkan ia dapat menghasilkan sekitar USD 50. Sekarang, dapat USD 20 saja dia sudah bersyukur. Tumpukan masker dan kaleng Lysol yang sekarang disimpannya di dalam taksi merupakan biaya tambahan yang harus dia keluarkan demi keselamatan penumpang.

“Saya memberikan masker kepada penumpang yang tidak punya. Saya berharap bisa menambah penumpang,” kata Caballo.

Untuk diketahui, Presiden Duterte menyampaikan pada 12 Maret bahwa akses udara domestik, darat, dan laut ke 17 distrik Metro Manila akan ditangguhkan dari 15 Maret hingga 14 April. Sekolah-sekolah juga diliburkan selama satu bulan. Jam malam mulai jam 8 malam sampai jam 5 pagi akan diberlakukan.

Sebanyak 56 pos pemeriksaan telah disiapkan untuk memblokir titik masuk ke 17 distrik yang membentuk Metro Manila. Pos pemeriksaan diawaki oleh polisi dan personel militer yang melakukan pemeriksaan suhu pada penumpang.

Pada sebuah konferensi pers pada hari Minggu sebelumnya, Kepala Kantor Polisi Kawasan Ibu Kota Nasional (NCRPO) Debold Sinas mengakui bahwa hanya setengah dari pos pemeriksaan memiliki thermal scanner. “Jika masih tidak ada pemindai thermal yang memadai, kami akan memindahkan yang kami miliki di kantor polisi ke pos pemeriksaan,” kata Sinas.

Filipina sendiri hanya memiliki 2.000 alat uji COVID-19. Menteri Kesehatan Francisco Duque mengakui dia seharusnya mendeklarasikan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat lebih awal.