Ekonom Faisal Basri: Luhut Lebih Berbahaya Dari COVID-19

Ekonom dan pendiri INDEF Faisal Basri menyebut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan lebih berbahaya dari virus corona. Hal itu diungkap oleh Faisal dalam cuitan di akun twitternya.

“Luhut Pandjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19,” cuit Faisal. Faisal sendiri tidak bicara banyak soal apa yang dimaksud Luhut lebih berbahaya dari virus corona dalam cuitannya.

Cuitan ini langsung mendapat berbagai respon jawaban dari para netizen. Tidak sedikit, cuitan Faisal didukung oleh followersnya.

“Keras banget,” kata Billy Khaerudin
“Trias politica: Luhut. Binsar. Pandjaitan” kutip topbang di meme unggahannya.

Ada juga yang menyertakan meme dengan lirik lagu anak-anak:
“Kepala, pundak, Luhut lagi, Luhut lagi,” cuit Juan.

Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam cuitan sebelumnya juga menyebut pernyataan Luhut yang mengatakan cuaca panas bikin virus corona tak kuat bertahan di Indonesia.

“Ini sudah keterlaluan!!! Luhut sebut virus corona tak kuat dengan cuaca Indonesia,” pungkasnya.

Dari hasil modelling, cuaca Indonesia, ekuator ini panas, dan itu untuk COVID-19 enggak kuat,” kata Luhut usai rapat dengan Jokowi melalui telekonferensi, Kamis (2/4).

Keuntungan cuaca di Indonesia memang acap Luhut sebut dalam beberapa komentar Menko Maritit ini. Misal, Selasa (31/3) lalu, kata Luhut, “Indonesia diuntungkan dengan temperatur tinggi pada April. Humidity (kelembaban) tinggi (mem)buat COVID-19 relatif lemah daripada di tempat lain,” ujar Luhut.

Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas secara online, Kamis (2/4) juga sempat menyebut kalau musim panan saat ini akan sangat mempengaruhi berkembangnya COVID-19 ini.

Padahal, tim peneliti Harvard Medical School berpendapat, virus corona tidak terlalu sensitif terhadap iklim wilayah.

Penularan SARS-CoV-2—virus penyebab COVID-19—di wilayah beriklim tropis seperti Guangxi dan Singapura menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara yang tinggi tidak menyebabkan penularan virus corona menurun.

Studi lain dari dua pakar ilmu komputer Massachusetts Institute of Technology menunjukkan, virus corona mungkin memang tidak dapat menyebar secara efisien di wilayah dengan suhu dan kelembaban udara tinggi.

Pada akhirnya, perbedaan suhu dan kelembapan udara bisa jadi memperlambat penyebaran virus corona, namun tidak menghentikannya. Coronavirus masih tetap bisa menyebar dalam hitungan jam atau hari.