Sunnah Hasanah Peringatan Nuzulul Qur’an

Biar saja anjing menggonggong, kafilah tetap berjalan. Barangkali para pembaca agak terheran dengan kalimat pembukaan artikel ini, karena seperti tidak ada korelasinya antara judul yang diposting dengan penggunaan peribahasa tersebut.

Namun, bagi pejuang Aswaja tidak demikian adanya. Yang jelas baik Nabi Muhammad SAW maupun para shahabat belum pernah ketemu sejarahnya mereka itu mengadakan perayaan peringatan Nuzulul Quran, namun acara ini menurut Aswaja termasuk Sunnah Hasanah.

Acara perayaan Nuzulul Quran ini sangat rawan mendapat vonis Bid`ah Sesat oleh para pengobral `fatwa sesat` yaitu kaum Wahhabi Salafi. Hal ini karena mereka apriori terhadap hadits Nabi Muhammad SAW:

من سن في الإسلام سنة حسنة كان له أجرها وأجر من عمل بها من بعده لا ينقص من أجورهم شيئا، ومن سنَ في الإسلام سنةً سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها لا ينقص من أوزارهم شيئا

“Barangsiapa yang menciptakan amalan baru yang baik di dalam Islam, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan (kiriman) pahala orang yang menirukannya tanpa mengurangi pahala para penirunya. Barangsiapa yang menciptakan amalan baru yang buruk di dalam Islam, maka ia akan mendapatkan dosanya dan (kiriman) dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa para penirunya.” (HR. Muslim).

Perayaan peringatan Nuzulul Quran adalah termasuk amalan baru dalam Islam yang dirintis para ulama yang jamannya sangat jauh sesudah berakhir jaman hidupnya Nabi Muhammad SAW maupun jaman para shahabat. Namun para ulama Aswaja bermaksud mengamalkan hadits riwayat Imam Muslim di atas.

Dapat dipastikan bahwa orang yang mengadakan atau hadir dalam perayaan peringatan Nuzulul Quran, menandakan kecintaan mereka terhadap Alquran. Sedangkan mencintai Alquran itu hukumnya wajib dan membenci Alquran itu hukumnya murtad.

Dalam peringatan Nuzulul Quran, selalu dibacakan ayat-ayat suci Alquran, yang mana pembacaan ayat-ayat suci Alquran ini adalah perintah syariat.

Umumnya, dalam perayaan peringatan Nuzulul Quran ini, panitia mengundang seorang muballigh guna mengulas hal-hal yang berkaitan seputar Alquran, dengan tujuan agar umat Islam lebih mengenal dari dekat Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu.

Tentunya keterangan para ulama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi mengkaji keilmuan kitab suci Alquran ini termasuk majelis ta’lim yang sangat ditekankan Nabi SAW agar dihadiri oleh segenap umat Islam.

Di Pesantren, kami selalu mengadakan perayaan peringatan Nuzulul Quran ini tepat pada malam ke 17 Ramadlan, mengikuti pendapat Imam Atthabari (1/628), yaitu setelah pelaksanaan shalat Tarawih.

Termasuk juga sesuai dengan riwayat berikut:
جاء في البداية والنهاية لابن كثير (3/6) روى الواقدي بسنده عن أبي جعفر الباقر أنه قال كان ابتداء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين لسبع عشر ليلة خلت من رمضان.

“Disebutkan dalam kitab Albidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir (3/6), diriwayatkan oleh Imam Alwaqidi dengan sanad dari Imam Abi Jakfar Albaqir beliau mengatakan, bahwa pertama turunnya wahyu (Nuzulul Quran) kepada Rasulullah SAW itu, hari Senin tanggal 17 Ramadlan.”

Jadi, sekalipun ada anjing yang menggonggong, kami tidak akan berhenti melestarikan sunnah para ulama terdahulu yang sudah memberi contoh tauladan baik, yaitu mengadakan upacara perayaan peringatan Nuzulul Quran ini.

KH. Luthfi Bashori [sumber]