Salah Pilih Ketua Umum di Muktamar, PPP Bakal Terseok-seok di 2024

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diprediksi bakal terseok-seok di Pemilu 2024 jika tidak menemukan pemimpin yang pas saat Muktamar nanti. Hal itu disampaikan pengamat politik yang juga akademisi Universitas Tanjungpura Pontianak, Ireng Maulana pada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurutnya, beragam pekerjaan rumah masih menumpuk. Mulai dari persoalan kepengurusan, baru keluarnya mantan Ketum Romahurmuziy alias Romy dari penjara, hingga melekatnya kesan PPP sebagai partai kolot dan tua.

Sementara, zaman terus berubah. “Sebenarnya PPP belum defisit dalam regenerasi kepemimpinan, seperti Golkar yang pernah sama-sama berpolitik di zaman Orde Baru, PPP termasuk partai lama yang masih punya cadangan calon pemimpin,” ujar Ireng.

Ireng menyarankan, sebaiknya PPP mulai mengeksplore kader baik di pusat hingga di daerah. Baik itu kader sejak zaman Orde Baru hingga yang paling baru. Masalahnya, jika kader PPP tidak bersatu dan tidak berinovasi akan sulit berkompetisi.

“Sekarang PPP harus yakin dengan kader sejatinya, dan figurnya bisa siapa saja yang kapabel dan handal. Di masa yang akan datang, prediksi kita PPP akan lebih memerlukan Ketum yang mau mengajak semua potensi partai untuk merakit ulang eksistensi PPP sebagai partai umat Islam,” katanya.

Ireng beranggapan, jika tidak ada daya tarik baru dari PPP, maka partai berlambang Kabah ini bisa wassalam di Pemilu 2024. PPP sebagai partai pilihan ber basis pemilih Islam, harus diper kokoh. Selain itu, harus mampu melihat dinamika perpolitikan yang menghendaki kebaruan. Terutama 2024.

Seperti diketahui, suara PPP terus merosot dari setiap pemilu. Di Pemilu 2014 PPP mengantongi 8.157.488 atau 6,53 persen suara. Di Pemilu 2019, melorot menjadi 6.323.147 atau 4,52 persen suara.

Perolehan suara PPP nyaris menyentuh ambang batas parlemen. Selain itu, jadwal Muktamar PPP hingga saat ini belum jelas. Apa itu setelah pilkada serentak, atau sebelumnya. {rmco}