News  

Pakar: Tahun Ajaran Baru Diundur Lebih Banyak Sisi Positifnya

Wabah Covid-19 memukul telak hampir semua kehidupan termasuk pendidikan. Dunia pendidikan terutama sekolah dan kampus swasta nyaris tak berkutik. Karena itu langkah yang paling realistis yakni memundurkan tahun ajaran baru hingga akhir tahun 2020 ini.

Pakar pendidikan Ki Darmaningtyas mengungkapkan, nasib sekolah swasta sangat tidak menentu karena yang bersekolah pun tidak menentu.

Mereka yang selama ini menyekolahkan anak di swasta, terutama swasta pinggiran, merupakan orang tua yang bekerja di sektor informal dan terkena dampak parah wabah corona.

”Sehingga minat menyekolahkan anaknya juga kecil. Boro-boro sekolah atau beli pulsa dan data untuk belajar online, makan saja susah karena sektor ekonomi mereka terhenti,” papar Darmaningtyas.

Ia menjelaskan Kemdikbud telah meluncurkan kalender pendidikan Tahuan Ajaran 2020/2021 yang akan dimulai pada tanggal 13 Juli 2020.

Ini artinya tidak ada perubahan tahun ajaran seperti yang diusulkan beberapa orang agar tahun ajaran baru dimundurkan mulai Januari sehingga tahun ajaran akan berlangsung seperti pada periode 1966 – 1977.

Urgensi usulan memundurkan tahun ajaran baru itu antara lain pendanaan orang tua siswa. Masa 6 bulan ke depan adalah masa-masa sulit untuk mencari pekerjaan atau usaha baru.

Kondisi ekonomi dan psikologis masyarakat saat ini tidak memungkinkan orang tua memikirkan mencari sekolah baru, karena kebutuhan untuk survive sehari-hari saja sudah susah.

Pemunduran tahun ajaran baru ia nilai lebih banyak sisi positifnya. Ia menyebut hal itu tidak menambah beban masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah yang sekarang kondisinya sedang terpuruk.

Kalau mereka masih dibebani dengan pencarian sekolah baru bagi anak-anaknya akan menambah stres sehingga menurunkan imunitas dan berbahaya karena mudah terserang penyakit.

”Mundurnya tahun ajaran juga dapat menghemat APBN yang dialokasikan untuk pendidikan, khususnya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan BOP (Bantuan Operasional Pendidikan) untuk SMA/SMK/MA/PT selama satu semester (Juli – Desember).”

“Realokasi dana tersebut dapat dipakai untuk mendukung penanangan Covid 19, di tengah pemasukan pajak yang minus,” tandas  pengurus PKBTS (Persatuan Keluarga Besar Tamansiswa) di Yogyakarta tersebut.

Ia menambahkan langkah memundurkan tahun ajaran mengurangi kesenjangan proses dan kualitas pendidikan yang muncul selama pembelajaran dilakukan di rumah.

Sekolah atau kuliah di rumah tidak menciptakan proses pembelajaran yang seimbang antara anak-anak orang mampu dan tinggal di perkotaan dan anak-anak tidak mampu yang tinggal di perkotaan lantaran mereka mengalami keterbatasan akses internet.

Juga antara daerah-daerah yang akses internetnya bagus dan yang tidak. {suaramerdeka}