News  

Tantowi Yahya Ungkap Lockdown di Selandia Baru, Perusahaan Disubsidi Warga Tetap Digaji

Dengan berbagai peraturan ketat yang diberlakukan, Selandia Baru kini mampu terbebas dari COVID-19. Kondisi itu berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia.
Duta besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, menilai dua negara tersebut tidak bisa dibandingkan.
“Saya selalu katakan setiap bicara cerita sukses dari pemerintah Selandia Baru, dibandingkan dengan kita itu tidak adil. Saya selalu katakan, ‘Ini tidak apple to apple atau orange to orange’, beda. Terlalu banyak perbedaan masyarakat kita dengan Selandia Baru,” kata Tantowi, Jumat (12/6).
Salah satu hal yang membedakan adalah kekuatan ekonomi. Selandia Baru melakukan penutupan perbatasan negara dan menerapkan lockdown. Dua hal itu menurut Tantowi berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Selandia Baru.
“Penutupan perbatasan berimplikasi kepada ekonomi secara langsung yaitu ekonomi yang dikontribusi oleh pariwisata. Kita tahu dua tahun terakhir pariwisata jadi kontributor utama ekonomi mereka.”
“Ketika perbatasan ditutup berarti turis tidak ada yang masuk dan industri pariwisata mati. Ini satu harga mahal yang harus dibayar,” kata Tantowi.
Sementara lockdown, dijelaskan Tontowi membuat masyarakat harus tinggal di rumah. Para pekerja yang perusahaannya terdampak diberikan subsidi. Nilainya sekitar 80 persen dari pendapatan aslinya.
“Di sini para pekerja full time diberikan bantuan sekitar Rp 5,5 juta per minggu. Sedangkan, untuk part timer diberikan kurang lebih Rp 3,5 juta. Jadi, mereka itu dapat hampir Rp 20 juta per bulan,” kata Tantowi.
“Situasi ini berbeda dengan banyak negara, termasuk Indonesia. Tidak mungkin bisa lakukan lockdown atau PSBB dengan konsep yang dilakukan pemerintah Selandia Baru,” pungkasnya. {kumparan}