News  

INDEF: Indonesia Terancam Depresi, Lebih Parah Dari Resesi

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyebut RI terancam depresi bila pandemi covid-19 tak kunjung selesai. Artinya, kondisi ekonomi bisa lebih parah dari resesi. Ancaman ini nyata mengingat jumlah kasus baru virus corona terus bertambah.

“Kalau misalnya dalam tiga kuartal nanti masih negatif, pada kuartal IV negatif, sesungguhnya kita menuju depresi, ini yang kami khawatirkan dan itu ada peluang ketika pandemi belum kita selesaikan,” ujarnya dalam diskusi virtual Indef, Kamis (6/8).

Depresi merujuk pada resesi ekonomi yang berlangsung dalam waktu lama dan belum bisa diatasi.

Dalam kondisi depresi, penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) bisa mencapai kisaran minus 14,7 persen hingga minus 38,1 persen.

Ahmad menilai keseriusan pemerintah menangani virus corona masih rendah. Ini tampak dari sejumlah program dan inisiatif yang digagas pemerintah lebih cenderung kepada penanganan dari sisi ekonomi ketimbang kesehatan.

Di sisi lain, realisasi anggaran program kesehatan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) lebih rendah dibandingkan program lainnya.

Data Kementerian Keuangan menyebutkan realisasi anggaran kesehatan sebesar Rp6,3 triliun. Jumlah itu baru mencapai 7,19 persen dari total anggaran kesehatan Rp87,55 triliun.

“Jadi bagaimana kita bisa yakinkan diri, ketika pandemi makin tinggi realisasi anggaran terhambat sekali jauh dibandingkan program lain,” tuturnya.

Per hari ini, jumlah kasus positif virus corona di Indonesia secara kumulatif mencapai 118.753 orang. Dari jumlah kasus positif tersebut, sebanyak 75.645 orang dinyatakan sembuh dan 5.521 orang lainnya meninggal dunia. {CNN}