News  

Saras 08 Dan CatCalling

Di tahun 1998-2004 “Saras 008” adalah salah satu sinetron yang digandrungi penonton TV dan milenial di Indonesia. Sinetron yang tayang di Indosiar itu
bercerita tentang perempuan yang punya kemampuan untuk berubah menjadi superhero.

Ceritanya berawal dari perempuan yang gemar menolong. Namanya Saraswati atau biasa dipanggil Saras. Saras juga memiliki kucing kesayangan bernama Cat Catty.

Pasca kematian Catty, Saraswati merasakan bahwa roh Catty masuk ke dalam dirinya, lalu Saras pun berubah menjadi superhero wanita yang memakai baju olah raga senam ketat berwarna hitam-putih, berikut topeng untuk menutupi identitas dirinya.

Saras kemudian memiliki kekuatan super, kecepatan, serta dapat menembakan sinar laser dari tangan dan matanya. Sejak saat itu, Saraswati menjelma menjadi Saras 008 dengan jargon “Pahlawan Kebajikan”.

Saras 08
Di Pilkada Tangsel 2020, ada cawalkot juga bernama Saraswati, keponakan dari Menhan Prabowo Subianto yang kerap dipanggil dengan julukan 08. Maka lumrah kalau kita menyebut Saraswati Djojohadikusumo juga dengan panggilan Saras 08.

Tidak beda jauh tentunya dengan superhero Saras 008. Bersama Muhammad pasangannya, Saras 08 juga punya misi kebajikan yang terkandung dalam akronim “TANGSEL”, yaitu: Transparan, Akuntabel, Nyata pengabdian dan kerjanya, Gotong royong, Sejahtera warganya, Elok kotanya serta Luhur budinya.

Mereka punya rencana membangun “Rumah Aman”, untuk menampung para korban pelecehan dan KDRT. Terlebih pasca pendaftaran di KPUD Tangsel, Jum’at 4 September kemarin, Saraswati sangat gundah atas cuitan viral politikus Partai Demokrat Cipta Panca Laksana yang di-retweet oleh Said Didu soal ‘paha calon Wakil Wali Kota Tangsel mulus banget’.

Saraswati kecewa atas cuitan tersebut karena dianggap bentuk pelecehan seksual terhadap perempuan. Semasa menjadi anggota DPR, Saraswati dikenal banyak memperjuangkan perempuan dan anak, memerangi pelecehan seksual serta perdagangan orang.

CatCalling
Menurut sebuah studi, Indonesia berada di peringkat kedua negara yang paling berbahaya untuk perempuan di wilayah Asia Pasifik. Ada persentase sebesar 30-50% pelecehan seksual terjadi dalam proses verbal, terkait pakaian, anatomi, atau penampilan fisik seseorang. Salah satu bentuk pelecehan seksual secara verbal adalag “CatCalling” yaitu berkomentar atau gurauan yang bersifat seksual.

Ironisnya, kesalahan melulu ditimpakan kepada para perempuan korban pelecehan. Kaum perempuan dihakimi pandangan masyarakat agar berpakaian tertutup dan sebagainya. Padahal banyak pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan dengan jilbab dan baju gamis panjang.

Contohnya ada perempuan berbaju gamis dan berhijab berjalan ke warung, lalu ada seorang bapak nyeletuk: “di balik jilbab yang besar, ada pepaya yang besar” sambil melihat dada perempuan bergamis tersebut. Ini adalah salah satu wujud dari pelecehan yang dikenal sebagai CatCalling.

Hal ini telah menunjukkan satu hal yang amat jelas: bahwa pelecehan seksual tidak terjadi karena urusan pakaian. Tapi karena otak mesum laki-laki yang hidup di alam budaya patriarki dan merasa punya kuasa pada perempuan yang dianggap lebih lemah.

Tidak ada hubungan antara pakaian yang dikenakan perempuan dengan pelecehan seksual. Baik perempuan yang berbaju terbuka maupun tertutup sama-sama berpotensi menjadi korban pelecehan seksual.

Selama ini korban pelecehan seksual banyak disalahkan karena dianggap ‘mengundang’ aksi pelecehan dengan memakai baju seksi, jalan sendiri di malam hari, atau pada saat berolah raga. Jika ada perempuan yang memakai baju seksi, diperkosa ramai-ramai? Salah siapa? Salah perempuannya? Ini adalah “victim blaming” yang justru dapat membuat korban merasa terkucilkan.

Faktanya, yang justru harusnya disalahkan itu sang pelaku, bukan malah menyalahkan korban. Riset membuktikan bahwa pelecehan seksual murni terjadi 100% karena niat pelaku. Tidak ada korban yang ‘mengundang’ untuk dilecehkan. Tidak seharusnya korban yang mengalami pelecehan seksual disalahkan karena peilaku “CatCalling” yang dilakukan oleh orang lain.

Kalau dulu di sinetron Saras 008, ‘CatCatty’ masuk ke dalam tubuh Saraswati untuk menjadi superhero wanita pemberantas kejahatan. Sekarang Saras 08 realitanya di Tangsel akan melawan ‘CatCalling’ sebagai manifestasi dari pelecehan seksual. Komitmen Saras 08 dibuktikan dengan langsung mengunjungi korban pelecehan seksual (peremasan payudara) Ibu S di Sarua Ciputat, setelah mendaftar ke KPUD Tangerang Selatan sebagai Calon Wakil Wali Kota Tangsel bersama Calon Walikota H. Muhammad. Pasangan Muhammad -Saraswati memang punya kepedulian dalam memajukan kesejahteraan dan derajat kaum perempuan yang termarginalisasi di Tangerang Selatan.

Igor Dirgantara, Dosen Fisip Universitas Jayabaya, Director Survei & Polling Indonesia (SPIN)