Butet Kartaredjasa Sebut Dalang Fenomenal Ki Seno Nugroho Meninggal Dengan Cara Keren

Dalang wayang kulit fenomemal asal Yogyakarta, Ki Seno Nugroho, tutup usia, Selasa (3/11/2020) malam. Kabar tentang wafatnya dalang berusia 48 tahun tersebut tersebar dari grup-grup pertemanan kalangan seniman di Yogyakarta dan Solo.

Langit Yogyakarta yang mendung menggelayut memayungi ratusan pelayat yang berdatangan di kediaman Ki Seno Nugroho, Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

Usai lantunan ayat suci Al-Quran para sinden yang biasa ikut dalam penampilan wayang Ki Seno Nugroho duduk berjajar menggunakan pakaian serba hitam.

Pengrawit (penabuh gamelan) pun demikian. Mereka menyenandungkan kidung-kidung jawa seperti laiknya sedang dalam sebuah pertunjukan. Satu-dua sinden tak kuasa menahan haru, beberapa kali mereka tampak tercekat sambil menghapus kesedihan yang tumpah di pipi dengan tisu.

Ki Seno Nugroho dimakamkan di Makam Semaki Gede yang juga merupakan makam keluarga besar, termasuk bapak Ki Seno Nugroho, yaitu Ki Suparman Cermowiyoto.

Seno Nugroho dikenal sebagai salah satu dalang pembaharu pada gaya pedalangan masa kini. Dalang kelahiran 23 Agustus 1972 tersebut pada dasarnya merupakan dalang yang memainkan gagrak Yogyakarta, meskipun demikian ia juga sering memadukannya dengan gagrak Solo pada pementasannya.

Kabar berpulangnya dalang lulusan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) 1992 begitu mengejutkan dunia kesenian Indonesia, terlebih seni pedalangan. Hal ini mengundang duka mendalam bagi para seniman.

Seniman serba bisa, Butet Kartaredjasa saat ditemui di rumah duka mengaku memiliki kenangan tersendiri dengan almarhum.

Satu jam sebelum Seno meninggal, Butet mengaku sedang ngamen bersama Benyek (adik Seno Nugroho) selesai jam 22:00 WIB. “Begitu selesai ngamen, saya dengar berita duka itu,” ujar Butet.

Meski mendadak, dengan seloroh Butet menganggap kematian Seno cukup keren karena dalang kondang tersebut tidak membuat repot banyak orang. Ia mengaku secara pribadi sangat salut dengan almarhum.

“Tapi itu kematian yang keren, yang tidak ngrepotin, mati yang murah, mati yang tanpa aniaya, mati yang irit tanpa biaya produksi. Irit langsung dibukakke lawang swarga,” ujar Butet.

Seno yang berasal dari keluarga seniman tradisional, sejak usia 10 tahun sudah memiliki ketertarikan dengan pedalangan. Hal ini menurun dari sang Ayah (alm) Ki Suparman Cermowiyoto, adalah dalang kenamaan gaya Yogyakarta yang sangat termasyur pada era 60an.

Beberapa saudara kandung Seno Nugroho pun mengikuti almarhum ayahnya berkesenian, misal Bayu Kuncoro dan Bayu Tetuko yang aktif sebagai pemusik di Kyai Kanjeng pimpinan budayawan Emha Ainun Najib.

Semasa hidupnya Ki Seno, dikenal sebagai dalang yang produktif dan sangat memahami era komunikasi 4.0. Pentas wayang yang acap disiarkan secara langsung melalui platform berbagi video YouTube tidak pernah sepi penonton.

“Karena hidup ini hanya menunggu mati, seperti gojekane seno [dalam wayang], sambil menunggu mati, orang-orang mengisi kegiatannya. Lha seno ini mengisi kegiatannya dengan mayang, dan dia jadi dalang itu hanya mengisi kegiatan menunggu mati,”tambahnya.

“dan sekarang seno sudah menyelesaikan kewajibannya,” kata kakak mediang Djaduk Ferianto ini.

Dalang muda ini disebut raja Live streaming Indonesia oleh wakil wali kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. Heroe menyampaikan rasa kehilangan atas meninggalnya Ki Seno Nugroho yang dia nilai memiliki basis penonton virtual yang cukup banyak.

“Saya kagum dengan beliau, bisa mencapai 20 ribu lebih penonton di dua channel You Tube milik Seno,”tuturnya.

Heroe mengatakan sampai saat ini Wayang kulit masih banyak digemari oleh banyak kalangan. Yang menjadikan wayang kulit bisa eksis dan setiap pertunjukan selalu ramai para penonton langsung maupun penonton live streaming yang dua channelnya bisa sampai 20.000 lebih penonton dunia maya secara live.

Sedangkan dalam cerita singkat selama dua jam yang disiarkan melalui akun YouTubenya bisa mencapai 8 ribu lebih penonton. Kegiatan menyiarkan Sehingga, Ki Seno mampu menginspirasi orang lain bahwa saat pandemi yang panjang ini masih bisa berkesenian.

“Seno Nugroho termasuk yang menginspirasi bahwa di masa pandemi, ketika pertunjukan kesenian masih dibatasi pertunjukan untuk tidak menghadirkan penonton, dengan live streaming dan waktu pertunjukan diringkas hanya dua jam, dan itu sukses,” tambahnya. {kumparan}