News  

Kenapa Orang Rekam Video Seks Diri Sendiri? Ini Penjelasan Ahli

Dalam dua hari terakhir, jagat dunia maya dihebohkan dengan kemunculan video seks mirip artis, Gisella Anastasia atau yang akrab disapa Gisel. Video berdurasi 19 detik itu tersebar luas di Twitter hingga menjadi trending topic.

Setelah sempat bungkam, mantan istri Gading Marten itu akhirnya buka suara. Ia tidak membenarkan, namun juga tak mengelak soal kabar tersebut.

“Aku bingung klarifikasinya gimana. Soalnya bukan kali pertama ya kena di aku,” ucap Gisella Anastasia ketika dihubungi wartawan lewat pesan singkat, Sabtu sore.

Kasus video seks mirip artis bukan kali ini saja terjadi. Beberapa tahun lalu, video skandal mirip vokalis Noah, Nazril Irham atau Ariel dengan dua artis Luna Maya dan Cut Tari juga tersebar luas di media sosial.

Terlepas dari itu semua, yang jadi pertanyaan adalah kenapa ada orang yang merekam dan membuat video saat berhubungan seks? Ada berbagai faktor yang bisa menengarainya.

Menurut psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera dr. Andri, SpKJ, ada sejumlah dugaan yang sering dikaitkan dengan kasus pembuatan video seks seperti ini.

Beberapa pengamat kesehatan jiwa amatir menyebut bahwa sifat narsistik, rasa bangga dengan tubuh dan keinginan melihatnya kembali adalah alasan kenapa orang bisa membuat video seks dirinya sendiri.

Selain itu, ada juga yang menyebut bahwa si pembuat video memiliki perilaku eksibisionis atau keinginan memamerkan alat kelamin kepada orang lain untuk mendapatkan kepuasan.

Namun, bagaimana jika video yang dibuat untuk konsumsi pribadi? Maka ada kemungkinan si pembuat video suka melihat dirinya sendiri saat beradegan seks atau yang sering dikaitkan dengan Voyeurisme.

“Ini menarik kalau memang buat bahan pelajaran sendiri. Beberapa terapis seks mungkin pernah menyarankan seperti ini namun bukan di Indonesia,” kata Andri dalam tulisannya.”

“Yang jelas, kata Andri, kita tidak akan pernah tahu apa alasan si pembuat video tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Jadi jangan buru-buru mendiagnosis dan menyimpulkan.

Penggunaan istilah narsisme, eksibisionisme, dan lain-lain memiliki implikasi yang sangat berbeda ketika digunakan dalam wacana umum dibandingkan dengan konteks kesehatan mental dan penegakan hukum.

“Jadi kita tidak bisa berandai-andai dalam diagnosis karena implikasinya pada diri seorang manusia secara keseluruhan. Pedoman diagnosis gangguan jiwa dalam praktek sehari-hari berdasarkan pada ICD 10, DSM 5 atau PPDGJ III. Inilah yang menjadi pegangan dokter jiwa seperti saya dalam menegakkan diagnosis klinis sehari-hari,” tulis Andri.

Jadi kenapa ada orang membuat video seksnya sendiri? Selama aktivitas tersebut bersifat suka sama suka dan tidak menyebabkan kesusahan atau gangguan pada pihak lain dan menyimpan untuk konsumsi sendiri, kata Andri, itu urusan mereka dan bukan urusan orang lain. Yang salah adalah yang menyebarkan video seks tersebut. {kump}